Program Aquaponik Pekarangan Rumah sebagai Solusi Finansial di Era New Normal
Simpang Pesak, Kab. Belitung Timur (18/7), pada 05 Juli yang lalu Universitas Diponegoro Semarang telah menerjunkan mahasiswanya untuk melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata). KKN kali ini sangat berbeda dengan KKN pada tahun-tahun sebelumnya. KKN pada tahun ini bersifat KKN individual dengan model “KKN Pulang Kampung” yang mana mahasiswa melakukan kegiatan KKN ini di kampung masing-masing. Mahasiswa harus menjalankan program KKN di era new normal ini dengan menggunakan protokol kesehatan yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Salah satu daerah yang menjadi tempat pelaksanaan KKN “Pulang Kampung” ini adalah daerah Kabupaten Belitung Timur tepatnya di Desa Simpang Pesak. Mahasiswa di wajibkan menjalankan 2 program KKN sebagai pengabdiannya di masyarakat dengan tema “ Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi Covid 19 Berbasis pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pada hari Senin (13/7), Naiscy mahasiswi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro telah melakukan sosialiasasi “Peningkatan Kesadaran Warga Simpang Pesak Terhadap Bahaya Covid 19” dan cara menjaga diri dari tertularnya virus tersebut. Sosialisasi ini dilaksanakan dengan protokol kesehatan yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Sebelum sosialisasi dimulai mahasiswa membagikan masker ke warga. Sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat sadar dan tidak meremehkan akan bahayanya virus covid 19 walaupun daerah Kabupaten Belitung Timur masih termasuk daerah aman (zona hijau).
Pada Jum’at (17/7), Naiscy telah menjalankan salah satu programnya yaitu “Aquaponik Pekarangan Rumah Sebagai Solusi Finansial Warga di Era New Normal” . Sebagaimana yang telah diketahui dampak dari pandemi Covid 19 sangat dirasakan seluruh kalangan masyarakat khususnya pada finansial kebutuhan hidup. Oleh karena itu, perlu adanya gerakan pelatihan kepada masyarakat khususnya dalam usaha. Warga di desa Simpang Pesak rata-rata berprofesi sebagai penambang timah dan petani lada. Namun pekerjaan tambang timah saat ini sudah sulit untuk mencari lokasi yang memiliki banyak timah beserta perizinan yang sulit untuk melakukan aktivitas penambangan. Sedangakan pada petani lada hanya dapat memanen lada setahun sekali sehingga tidak dapat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, mahasiswa merencanakan dan memberikan pelatihan usaha aquaponik ikan lele yang bersamaan dengan penanaman sayur kangkung di sekitar kolam. Program ini memanfaatkaan barang bekas berupa terpal bekas yang masih bagus dan wadah gelas plastik aqua. Program ini bertujuan agar warga dapat berkreativitas dalam usaha budidaya ikan yang memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lokasi untuk budidaya secara aquaponik sehingga dapat meningkatkan finansial dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Usaha ini sangat efektif dan efisien sehingga warga dapat melakukan usaha ini berdampingan dengan pekerjaan warga yang dilakoni masing-masing.
Penulis: Naiscy (Sumber Daya Perikanan, FPIK)
Editor: Fajrul Falah (FIB)