BEGINILAH CARA MAHASISWA KKN UNDIP MEMANFAATKAN LIMBAH DAN SUMBER DAYA ALAM UNTUK MELAWAN COVID-19

Gambar 1. Pemberian Alat Handsanitizer Injak dari Mahasiswa untuk pihak Balai Desa Barongan

Kudus (19/07/2020) – Pada tahun ini akan menjadi tahun yang berbeda bagi kalangan mahasiswa KKN Undip, pasalnya pada tahun ini kegiatan KKN harus dilaksanakan pada kota masing-masing mahasiswa menyusul adanya dampak Covid-19. Hal ini juga dialami mahasiswa KKN Undip Tim II yang melaksanakan tugasnya di Kudus, tepatnya di Desa Barongan. Selain melakukan pengabdian kepada daerah asalnya sendiri, para mahasiswa ini juga dibebani masalah pemberian pemahaman mengenai Covid-19 kepada masyarakat sekitar.

“Yang paling penting mahasiswa harus mengkampanyekan masalah Covid-19 disamping kalian memiliki program kerja individu”. Kalimat tersebut keluar dari Sekretaris Camat Kota Bapak Agung saat melaksanakan rapat koordinasi bersama mahasiswa KKN Undip, Rabu (8/7).

Sedangkan untuk Desa Barongan yang menjadi tempat pelaksanaan KKN merupakan salah satu daerah yang sudah tidak terjadi peningkatan kasus Covid-19. Sejak pertengahan Juni desa ini resmi bebas dari Covid-19, dan hal ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat. Apalagi pihak Polsek Kudus pada saat itu juga mengadakan lomba kampung tangguh guna mengatasi penyebaran Covid-19 dan Desa Barongan menjadi juara ketiga. Namun dengan tidak adanya penambahan jumlah korban bukan berarti masyarakat bisa dengan leluasa beraktivitas tanpa melaksanakan protokol kesehatan. Apalagi masih ada beberapa titik desa yang belum siap melaksanakan New Normal, seperti tidak adanya tempat cuci tangan, handsanitizer, bahkan ada beberapa masyarakat yang tidak memakai masker.

Maka dari itu mahasiswa melihat ini sebagai program yang dapat dijalankan dan diharapkan dapat menekan penyebaran virus. Pembuatan alat handsanitize injak dianggap sebagai solusi membantu desa dalam menghadapi New Normal. Alat ini berfungsi untuk tetap menjaga tempat handsanitizer tetap steril karena tidak harus menyentuh handsanitizer tersebut secara langsung. Pembuatan alat ini berasal dari pipa pralon bekas yang sudah tidak terpakai sehingga dapat mengurangi keberadaan limbah pralon yang ada. Pembuatan alat ini menghabiskan waktu selama 4 hari dan dapat tercipta 3 buah alat handsanitizer injak yang siap disebarkan ke beberapa tempat di Desa Barongan.

Gambar 2. Alat Handsanitizer Injak

Disisi lain mahasiswa juga membuat handsanitizer yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti daun sirih. Banyak alasan kenapa daun sirih digunakan menjadi pilihan, dan alasan paling utama adalah karena daun sirih banyak dan mudah ditemukan di Desa Barongan. Dan daun sirih dianggap sebagai potensi yang bisa digali didalamnya. Walaupun handsanitizer menggunakan daun sirih namun alkohol dan giserol dibutuhkan dalam hal ini. Estimasi waktu ketahanan aroma daun sirih ini diperkirakan 2 minggu.

Selain itu, Mahasiswa Undip ini memproduksi handsanitizer dari daun sirih ini dalam jumlah banyak. Dalam 2 hari mereka sanggup membuat 70 botol handsanitizer sebesar 60 ml. Program ini direncanakan untuk membagikan kepada para masyarakat yang ada di Desa Barongan dan jadwal pembagian handsanitizer ini direncanakan selama berjalannya KKN.  

Gambar 3. Handsanitizer dari Daun Sirih

Harapan mahasiswa pun cukup besar agar masyarakat Desa Barongan dapat membuat handsanitizer ini secara mandiri. Karena selain mudah pembuatannya, bahan utama yang diperlukan ada banyak disekitar Masyarakat Desa Barongan. Sehingga masyarakat dapat mawas diri dan selalu berjaga dalam keadaan pandemic seperti ini dengan membuat handsanitizer secara mandiri.

Penulis   : Mikael Witarka

Editor  : Shary Charlotte HP, S.I.P., M.A