Gila Raga Tapi Tidak Dengan Jiwa (Cerita KKN Mahasiswa Undip Tim II 2020)
Bulumanis Lor, Pati (15/08/2020) – Abdul Karim. Persebaran corona di Kab. Pati semakin hari semakin meningkat. Update terakhir menunjukkan sebanyak 42 pasien positif yang tersebar diberbagai kecamatan. Daerah pati utara banyak mengalami zona merah diantaranya Kec. Margoyoso, Kec. Trangkil, Kec. Wedarijaksa, Kec. Tayu, Kec. Gunungwungkal, Kec. Cluwak, dan Kec. Dukuhseti.
Penyebaran virus Covid-19 yang semakin massif menyerang berbagai kalangan tanpa memandang apapun. Tak terkecuali ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang sangat rentan tertular Covid-19. Hal ini dikarenakan adanya ketidaktahuan juga tingkat kebersihan yang sangat rendah. Sehingga ODGJ perlu mendapat perlakuan khusus untuk mencegah penularan maupun mengantisipasi sebagai perantara. Dikarenan ODGJ sulit terdeteksi penyakit karena kebanyakan tidak menunjukkan gejala sakit (OTG).
Banyak orang yang sangsi akan kehadirannya, seakan wabah penyakit menakutkan yang harus dihindari layaknya corona. Masyarakat acuh lantas menganggapnya sebagai parasit yang menjadi penyakit sosial sehingga perlu dihindari.
Salah satu program yang dapat dijalankan yaitu melalui pemberian masker sekaligus pemakaian langsung kepada ODGJ sehingga bisa meminimalisir penularan Covid-19. Program “Memanusiakan Manusia” memposisikan ODGJ setara dengan manusia pada umumnya.
Layaknya manusia normal, ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) ini tetap mampu merasa karena masih dibekali insting alami manusia, meskipun dianggap sebelah mata. Yang “Gila” nalarnya, bukan hatinya.
Orang Gila adalah manusia waras sesungguhnya, mereka tak pernah mengganggu jika tak diganggu, tidak pernah merasa lebih dari manuisa lainnya, saling menghormati “sesamanya”. Pelajaran ini yang banyak terlupa oleh manusia yang merasa “normal” selayaknya.
Orang yang gila sesungguhnya mereka gila kepada tuhanNya. Mereka tidak akan merasa cemas soal hari esok. Di pikiran mereka hanya ingat dan ingat. Mereka tidak pernah merasa takut bagaimana besok akan makan, dimana tempat berlindung, bagaimana mereka akan tidur, karena hati mereka dekat kepada penciptaNya. Baginya, makan adalah apa saja yang halal, tempat berlindung mereka adalah Tuhan, mereka akan kemana saja sesuai dengan kehendak hatinya. Mereka tidak pernah memandang orang lain. Baginya semua adalah ciptaan Tuhan, sama saja, tidak ada beda.
Lantas apakah mereka yang gila atau kita? Kita yang sehari-harinya selalu merasa was-was dan takut. Takut besok tidak bisa makan, takut besok tidak punya uang. Selalu keduniawian yang kita pikirkan. Bahkan bukan tidak mungkin derajat kita lebih tinggi dan mulia dibandingkan dengan mereka yang kita anggap gila. Mereka yang selalu ingat dan selalu taat.
Sejatinya, banyak pelajaran kemanusiaan yang dapat dipetik dengan menjadikan orang gila tetap manusia dengan “memanusiakan manusia”. Tertarikkah Anda menjadi “Manusia Waras Sesungguhnya” layakanya Mereka ?
#kknmbangundeso
DPL Dr. Meiny Suzery, MS