Adaptasi Kebiasaan Baru di Tengah Pandemi: Suka atau Duka?

Subang, Jawa Barat (18/7) – Dibukanya kembali beberapa Masjid di Kabupaten Subang membawa angin segar bagi masyarakat yang telah merasa dibatasinya kegiatan beribadah semenjak Pandemi Corona (Covid-19) dinyatakan sebagai Bencana Nasional oleh Pemerintah pada 13 April 2020.
Masjid Miftahul Jannah yang berlokasi di Dusun Boreas, Desa Kaliangsana, Kecamatan Kalijati menjadi salah satu masjid yang sudah mulai menggelar sholat berjamaah. Sekitar 30 (tiga puluh) jemaah laki-laki mulai mengikuti sholat Jumat yang digelar pada minggu kedua bulan Juli. Lokasi masjid yang berada di tengah perkampungan menjadi salah satu pertimbangan Camat Kalijati dan Kepala Desa Kaliangsana untuk membuka kembali beberapa masjid di Desa Kaliangsana menyusul mulai diberlakukan Adaptasi Kebiasaan Baru atau yang lebih dikenal dengan istilah New Normal.
“Benar (dibuka), karena masjid ini posisinya di tengah pemukiman, bukan di jalan protokol maupun jalan lintas provinsi. Jadi dapat kita jamin untuk yang ikut sholat berjamaah atau sholat Jumat ya hanya warga sekitar. Untuk masjid-masjid besar yang di pinggir jalan protokol masih kita tutup karena itu kan dilalui orang banyak, takutnya banyak pendatang (dari zona merah) yang singgah untuk sholat,” ujar Sekretaris Desa, Bella Kristina saat diwawancarai pada Jumat (18/7).
Menurutnya, berlakunya tatanan adaptasi kebiasaan baru haruslah didukung dengan upaya aparat desa hingga anggota masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan sebagaimana telah diatur oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, salah satunya dengan tetap menggunakan masker dan memberlakukan social distancing. Maka dari itu Pemerintahan Desa Kaliangsana menyediakan tempat cuci tangan handmade dan menaruhnya di pintu masuk instansi-instansi serta masjid-masjid yang sudah mulai kembali beroperasi. Namun, hal yang sangat disayangkan adalah kurangnya dukungan dari masyarakat untuk terus mentaati protokol kesehatan.
“Masih banyak yang enggak pakai (masker), mereka anggap ini ya udah seperti hidup normal aja. Kalau ke pasar, kegiatan RT ataupun RW juga kadang enggak pakai masker. Dianggapnya pandemi udah selesai,” sambung Bella. Dengan ketidak pedulian seperti itu, besar kemungkinan klaster baru penyebaran covid-19 di Kabupaten Subang akan terbentuk mengingat warga Subang pertama yang terpapar Covid-19 berasal dari Desa Kaliangsana. Sentimen negatif masyarakat pada orang yang telah terpapar Covid-19 dirasa tidak cukup untuk menyadarkan agar masyarakat bisa terus memakai masker dan menjalankan protokol kesehatan pada setiap kegiatan yang dilakukan.

Dalam sholat Jumat yang digelar pada hari Jumat (18/7), ditemukan hampir seluruh jemaah tidak memakai masker saat mendatangi masjid. Beberapa warga yang berkumpul di satu warung kecil juga ditemukan tidak memakai masker, meskipun mereka memakai masker, maskernya hanya akan digantungkan . Untuk mengatasi hal demikian, Gita Ranjani, Mahasiswi Universitas Diponegoro, melakukan kegiatan pembagian masker sebagai salah satu program kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang harus dilakukan di daerahnya masing-masing. Pembagian 100 masker di Masjid dan Dusun Boreas itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa Pandemi Corona ini belum berakhir.
Oleh : Gita Ranjani
Dosen KKN : Ir. Kustopo Budiraharjo, MP