Sampah Menumpuk!! KKN Undip Ajak Warga Sulap Sampah Organik Jadi Kompos

MEDAN AMPLAS, MEDAN (27/07) ─ Sampah merupakan masalah klasik yang terjadi disetiap lapisan masyarakat, baik di perkotaan maupun pedesaan. Setiap harinya sampah dari tiap rumah warga terus dihasilkan yang mengakibatkan sampah menjadi menumpuk. Begitupun dengan kondisi sampah di Lingkungan X, Kelurahan Harjosari II, Kecamatan Medan Amplas, Medan.  Sebagian warga membuang dan membakar sampahnya di lahan kosong, yang menimbulkan bau tak sedap dan polusi udara. Melihat hal tersebut, mahasiswa Undip yang melaksanakan KKN di Lingkungan X Kelurahan Harjosari II, Sheila Nurul Adhana, mengajak warga sekitar untuk mengolah sampah organik menjadi kompos.

Sosialisasi dengan tajuk “Pembuatan Pupuk Kompos dari Sampah Organik dengan Metode Takakura” ini dilakukan pada Sabtu pagi (25/07) di Gang Tirtanadi, Lingkungan X, dimana dibuka oleh Sheila dan kata sambutan dari Kepala Lingkungan X Kelurahan Harjosari II. Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah warga yang tinggal di Gang Tirtanadi tersebut. Anak-anak pun juga tak ketinggalan menonton sosialisasi tersebut. Dalam sosialisasinya Sheila menjelaskan bahwa pengomposan sampah organik dengan metode Takakura dapat menjadi alternatif jitu untuk mengurangi timbulan sampah warga perkotaan.

“Kalau biasanya pengomposan itu dilakukan dengan menggali tanah, tapi dengan metode Takakura ini kita bisa membuat kompos dengan keranjang yang pastinya lebih praktis untuk dilakukan dirumah,” ujar Sheila.

Sosialisasi Pembuatan Pupuk Kompos dari Sampah Organik dengan Metode Takakura kepada Warga Gang Tirtanadi, Kelurahan Harjosari II

Pengomposan sampah dengan metode Takura ini membutuhkan alat dan bahan yang relatif murah dan mudah didapatkan, seperti keranjang baju yang dilapisi kardus, sekam, kompos biasa, kain bekas, larutan EM4, dan sampah organik yang berasal dari dapur dan kebun. Prinsip dari metode ini ialah memasukkan sampah organik setiap harinya kedalam keranjang yang sudah dimasukkan campuran sekam dan kompos, sehingga pengomposan ini tentunya dapat mengurangi sampah organik terutama sampah dapur yang dihasilkan tiap rumah tangga. Untuk mempercepat pengomposan, sampah juga disiram sedikit dengan larutan EM4 yang dicampur dengan gula dan air dengan perbandingan 1:1:50 setiap hari. Normalnya pengomposan akan berlangsung lama sekitar 2-3 bulan, tetapi apabila ditambahkan EM4 prosesnya akan jauh lebih cepat sekitar 1-3 minggu, tergantung volume sampahnya. Sheila juga menyarankan agar setiap harinya campuran sampah didalamnya diaduk agar sirkulasi udara dalam sampah tetap terjaga.

“Setiap harinya saat kita memasukkan sampah baru perlu diaduk juga, untuk memberikan oksigen, semakin bertambah sampah yang dimasukkan, berarti sekam dan kompos biasa juga ditambah, keranjangnya juga diletak di tempat teduh sehingga penguraiannya dapat berlangsung dengan baik,” jelas Sheila diakhir.

Foto Bersama dengan Kepala Lingkungan X dan Warga Gang Tirtanadi seusai sosialisasi

Kepala Lingkungan X, Suhendro, mengapresiasi kegiatan ini yang menurutnya sangat bermanfaat bagi warga setempat agar tergerak untuk mengolah sampahnya. “Saya sangat mengapresiasi dan senang sekali dengan kegiatan ini, karena kegiatan sosialisasi mengenai lingkungan seperti ini merupakan pertama kalinya diadakan di lingkungan kita, saya senang ada anak kita yang peduli terhadap lingkungannya, dan tergerak untuk membagikan ilmunya kepada warga disini,” ujarnya.

Pada akhir kegiatan warga yang hadir dipersilahkan untuk mengisi kuisioner terkait evaluasi kegiatan sosialisasi pembuatan kompos tersebut. Kegiatan ini juga dilaksanakan dengan memerhatikan protokol kesehatan Covid-19, seperti jaga jarak, memakai masker, juga disediakannya tempat cuci tangan dan handsanitizer.