Cerahkan Pandangan pada Isu Negatif Kesehatan Mental dan Rangkulah Remaja Untuk Tetap Begaul di Situasi Pandemi
Semarang(2/8) -Pelaksanaan KKN Tim II Universitas Diponegoro tahun 2020 dilaksanakan sedikit berbeda dari tahun sebelumnya, KKN tahun ini dilaksanakan di kampung halaman masing – masing sesuai dengan domisili mahasiswa atau disebut dengan istilah “KKN Pulang Kampung”. Pelaksanaan KKN Tim II Universitas Diponegoro kali ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2020 sampai 15 Agustus 2020 dengan mengangkat tema Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19 Berbasis Pada tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s). Harapannya mahasiswa dapat bermanfaat bagi masyarakat dengan cara yang kreatif dan tetap mematuhi protokol kesehatan saat melaksanakan program kerjanya.
Berdasar pada observasi lapangan yang telah dilakukan, pada situasi pandemi ini banyak sekali masyarakat yang rentan terhadap timbulnya stress dan kecemasan di daerah Kelurahan Plamongansari. Apalagi menurut Bapak Lurah sendiri, ketika kami mendatangi kantor kelurahan untuk mendapatkan izin melakukan KKN beliau berujar, “Kelurahan kita ini Mbak kan zona merah, banyak sekali beberapa keluarga yang merasa tertekan dan ada pula warga yang menyepelekan. Saya berharap sih Mbak, Mbaknya KKN di sini bisa merubah pola pikir warga yang begitu ketakutan juga yang begitu mengabaikan.”
Dari keterangan tersebutlah kami membuat suatu program KKN yang pertama mengenai cara penanggulangan stress dan kecemasan bagi para ibu dan para pekerja yang masih bekerja di luar rumah. Membuat psikoedukasi agar masyarakat bisa menyikapi stressnya dengan leaflet yang telah kami sebarkan.
Program ini kami laksanakan pada hari Kamis, 23 Juli 2020 dengan menyebarkannya kepada Ibu Lurah secara daring sebagai perwakilan dari Ibu-ibu yang terdampak Covod 19. Lalu dilanjutkan pada tanggal 24 dan 25 Juli 2020 dengan menyebarkannya pada petugas damkar, aparat keamanan RT, karyawati minimarket dan pedagang di pasar.
Lalu untuk program 2, kami sebagai mahasiswi Undip sadar betul bahwa tidak hanya kedua orangtua saja yang merasakan dampak dari Covid 19. Namun anak-anak mereka pun juga merasakan dampak darinya. Dari kesimpulan tersebut, maka dari itu kami membuat program kedua yang ditujukan untuk para remaja agar tetap bisa bergaul tanpa berkerumun dengan menggunakan media whatsapp.
Dari program ini pula kami membuat psikoedukasi pula berupa pamflet yang disebarkan melalui daring di grup yang telah saya bentuk.
Sekian dari reportase ini saya kabarkan.
Yuninda Raras Priyanti
Fakultas Psikologi UNDIP
Semarang, 02 Agustus 2020