Handsanitizer, Penyelamat Sementara Dikala Sumber Air Nun Jauh Disana
Pati (3/8), Mahasiswi Universitas Diponegoro yang tengah menjalani KKN Pulang Kampung melakukan psikoedukasi mengenai penggunaan handsanitizer dan membagikan buku resep cara membuat handsanitizer alami sederhana kepada pedagang kaki lima yang tinggal di Dukuh Setulan RT02/01, Desa Sidoharjo, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Menjaga pola hidup yang baik termasuk dalam hal kebersihan diri adalah cara terbaik untuk mencegah segala penyakit termasuk covid-19. Tetap dirumah dan pembatasan sosial adalah perintah yang sangat sulit dipatuhi oleh beberapa kalangan masyarakat seperti yang bekerja sebagai ojek online ataupun pedagang kaki lima. Ini terjadi lantaran ojek online dan pedagang kaki lima bisa disebut kehilangan mata pencahariannya jika mobilisasi masyarakat berhenti.
“Meskipun maksa tetep jualan juga kalo gak ada orang keluar rumah siapa yang mau beli, tapi kalo nggak dipaksa jualan juga gak ada pendapatan sedangkan kebutuhan jalan terus.” Tutur Ari (45).
Di masa new normal ini seluruh lapisan masyarakat diperintahkan secara tegas untuk menerapkan protokol kesehatan yang telah terstandarisasi antara lain menggunakan masker dan selalu menjaga kebersihan diri terutama kedua tangan. Namun tidak semua tempat mampu menyediakan kemudahan akses mencuci tangan dengan sabun sesuai anjuran WHO, dalam kondisi seperti ini alangkah baiknya jika setiap individu memiliki kesadaran untuk membawa handsanitizer sebagai pengganti air sementara.
Riske Maodena yang menjalani KKN di Dukuh Setulan RT02/01, Desa Sidoharjo, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah melakukan psikoedukasi mengenai penggunaan handsanitizer kepada pedagang kaki lima yang tinggal di lingkungan tersebut. Dalam kegiatannya mahasiswi yang akrab disapa dengan sebutan Mao tersebut membagikan Poster, buku resep pembuatan handsanitizer, dan sampel handsanitizer alami buatan sendiri.


“Harapan saya sebenarnya bukan hanya untuk mengedukasi pedagang kaki lima, maka dari itu saya membuat poster yang bisa di tempel di gerobak atau warung tempat berjualan agar bisa dibaca oleh calon pembeli juga.”
Hingga hari minggu (2/8/2020) kemarin program ini telah menjangkau 6 keluarga yang memiliki mata pencaharian utama sebagai pedagang kaki lima. Program ini rencananya akan terus dilaksanakan hingga tanggal 5 Agustus mendatang dengan harapan agar bisa menjangkau lebih banyak orang.
Penulis : Riske Maodena Rizma Eva Malinda
Dosen Pembimbing : Dr. Meiny Suzery, MS