GERAKAN TANAH DI KELURAHAN TEMBALANG
Semarang, (5/7). Universitas Diponegoro telah menerjunkan mahasiswanya dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata pada Tahun 2020. Mahasiswa yang di terjunkan di Kelurahan Tembalang telah melakukan beberapa rangkaian kegiatan KKN pada minggu ke-I dan II. Salah satu program kerja yang dilakukan ialah pemetaan wilayah dari Kelurahan Tembalang yang memiliki potensi untuk mengalami pergerakan tanah.
Berdasarkan berita yang dilansir oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Semarang, Pada hari Selasa, 25 November 2018, telah terjadi gerakan tanah berupa longsor di RT 01 RW VIII Kelurahan Tembalang, longsor tersebut terjadi akibat dari hujan deras yang terjadi sehingga menyebabkan tebing longsor dan menimpa rumah warga. Total kerugian yang terjadi diperkirakan mencapai Rp.7.000.000. pergerakan tanah merupakan salah satu bencana yang dapat memakan banyak kerugian, sehingga dirasa perlu dilakukannya pemetaan untuk mengetahui titik-titik mana saja yang berpotensi mengalami gerakan tanah.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi gerakan tanah yaitu faktor pengontrol dan faktor pemicu. Faktor pengontrol merupakan faktor-faktor yang membuat kondisi dari suatu lereng menjadi rentan, faktor pengontrol meliputi : Kondisi geomorfologi, kondisi batuan, kondisi struktur geologi, kondisi hidrogeologi dan kondisi tata guna lahan. Sedangkan faktor pemicu merupakan faktor yang menyebabkan suatu lereng yang rentan menjadi kondisi kritis atau siap bergerak, faktor pemicu ini meliputi : Curah hujan, gempa/getaran dan aktivitas dari manusia.
Dilihat dari kondisi geomorfologinya, terdapat beberapa wilayah dari Kelurahan Tembalang yang memiliki nilai persentase kelerengan yang cukup curam, yaitu pada wilayah sebelah utara yang meliputi RW VI, RW VIII dengan nilai persentase kelerengan 25-45% (Curam), serta pada wilayah bagian timur tepatnya pada daerah Jurang Belimbing/RW IV dengan persentase kelerengan 15-25% (Cukup curam). Walaupun memiliki nilai persentase kelerengan yang cukup curam, pada wilayah Jurang Belimbing/RW IV diketahui belum pernah terjadi longsor, hal ini dapat dikaitkan dengan jenis batuan yang ada pada daerah tersebut yang merupakan batuan breksi yang merupakan jenis batuan beku.
Kelerengan pada wilayah ini memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pada Kelurahan Tembalang lainnya. Semakin tinggi nilai kelerengan pada suatu daerah maka semakin tinggi pula potensi pergerakan tanah yang dapat terjadi pada daerah tersebut.
Dari hasil survey dan pemetaan pendahuluan yang telah dilakuan, didapati adanya gerakan tanah dibeberapa wilayah dari Kelurahan Tembalang seperti pada RW VIII, gerakan tanah yang didapati berupa longsor kecil serta rayapan tanah yang ditandai dengan adanya tiang-tiang listrik yang miring. Didapati pula adanya bangunan yang retak akibat dari gerakan tanah yang terjadi pada wilayah ini, keterdapatan tebing-tebing cukup tinggi tanpa adanya dinding penahan yang berada dipinggir jalan juga dapat menjadi ancaman bagi warga yang berkendara melaluinya.
Diharapkan kepada masyarakat maupun dari pihak pemerintahan setempat dapat melakukan pencegahan dengan cara membangun terasering atau dinding penahan dari lereng yang terjal serta tetap menjaga tanaman terutama pohon-pohon agar dapat mengontrol air dalam tanah.
Mahasiswa : Pierre Sebastian / Prodi. Teknik Geologi / Fak. Teknik
DPL : Prof. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc.