Membangun Budaya 5R hingga K3 di UMKM Penggergajian Kayu Tegalwaton

Kerapihan dan kedisiplinan harus senantiasa dibudayakan agar suatu usaha dapat mencapai produktivitas optimal. Lantai produksi yang tidak tertata, hingga benda produksi yang berserakan akan menghambat proses kerja. Ditambah lagi apabila pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) akan menimbukan risiko kecelakan kerja. Kondisi tersebut terjadi di UMKM Penggergajian Kayu milik Ibu Tri Setyawati di Desa Tegalwaton. Usaha yang telah berdiri sejak dua tahun lalu menghasilkan lembaran kayu jenis sengon setebal 3,5 cm yang kemudian dijual kepada pabrik besar di Karanganyar untuk diolah menjadi tripleks.

POST2

Hasil pengamatan menunjukan bahwa kondisi lantai produksi belum tersusun dengan rapih, limbah berserakan. “Karyawan disini memang belum ngerti mas dan mbak soal 5R, soalnya pabriknya masih tergolong baru,” ujar Edi salah satu karyawan di pabrik kayu tersebut. Program sosialisasi 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) diberikan untuk dapat mengatasi permasalahan yang terjadi. Sosialisasi diberikan langsung kepada pegawai UMKM yang berjumlah 18 orang. Sosialisasi penerapan 5R diawasi langsung oleh mandor pegawai, Ibu Suteki. Sosialisasi berisi pemaparan konsep 5R, yaitu meringkaskan atau menyingkirkan barang-barayu yang dapat melukai pekerja. Sosialisasi penanggulangan bahaya-bahaya dilakukan dilakukan dengan menyampaikan bahaya saat bekerja baik di safety talk, tool box talk, pelatihan-pelatihan K3 dan poster K3. Setelah sosialisasi dilakukan pembagian sarung tangan oleh Siska Maulina, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dan diakhiri dengan sesi foto. “Terimakasih mas Afdi dan mbak Siska atas pemberian sarung tangan dan maskernya, semoga setelah ini sistem K3 dan 5R dapat berjalan dan diterapkan dengan baik,” ucap Bu Suteki sebagai mandor di pakbrik kayu tersebut

POST1