Pemetaan Zoning Aktivitas sebagai Solusi Pengembangan Desa Wisata berbasis Analisis Tapak di Desa Punjulharjo
Punjulharjo, Rembang – (8/11) Tim KKN Tematik Universitas Diponegoro telah menyelesaikan program kerja pembuatan peta zoning peruntukkan lahan Desa Punjulharjo, Rembang.

Program monodisiplin dilakukan untuk merespon kondisi sarana serupa yang kualitasnya sudah menurun. Program ini tercipta dari adanya permasalahan yang berhasil ditemukenali berupa :
- Minimnya informasi terkait Desa Punjulharjo termasuk kondisi dan persebaran sarana prasarana yang dapat membantu mendukung pengembangan desa wisata.
- Desa Punjulharjo sebagai rencana pengembangan desa wisata belum didukung zonasi peruntukkan lahan dan aktivitas yang jelas pada masing-masing zonasi wilayah pengembangan.
- Pengembangan desa wisata belum didukung dengan informasi sebagai promosi dan branding wisata yang kuat.
Analisis Tapak yang digunakan sebagai basis pembuatan peta zonasi peruntukkan aktivitas Desa Punjulharjo berupa analisis Tautan Wilayah, Topografi, Kebisingan, Aksesibilitas, View, Drainase, dan analisis Vegetasi.
Analisis Tautan Wilayah digunakan untuk mengetahui keterkaitan atau hubungan kawasan yang satu dengan lainnya pada site sehingga dapat mengetahui keberadaan site tersebut. Desa Punjulharjo dilihat dari kebijakan RTRW Kabupaten Rembang diperuntukkan sebagai rencana pengembangan desa wisata. Namun rencana pengembangan yang telah ditentukan sejauh ini belum didukung dengan kebijakan yang lebih rinci terkait pengembangan desa wisata dengan potensi utama berupa wisata bahari Pantai Karangjahe.
Analisis Topografi digunakan untuk mengetahui besar dari kelerengan ataupun ketinggian dari suatu kawasan sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan fungsi kawasan dengan peletakan daerah yang akan dibangun. Kondisi topografi Desa Punjulharjo berkisar antara 0-2% yang tergolong dataran rendah. Kondisi seperti ini sangat cocok bagi peruntukkan aktivitas informal dan budidaya seperti permukinan dan aktivitas pariwisata. Hal ini sejalan dengan petunjuk yang terdapat pada Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah 1986.

Analisis aksesibilitas digunakan untuk mengetahui akses keluar masuk dalam kawasan site maupun menghubungkan site yang satu dengan site lainnya. Dalam analisis aksesibilitas terdapat golongan aksesibilitas tinggi, sedang, dan rendah. Aksesibilitas di Desa Punjulharjo tergolong tinggi akibat adanya aktivitas wisata. Akses ini didukung dengan adanya Jl. Raya Pantura sebagai akses utama menuju Desa Punjulharjo. Secara umum aksesibilitas Desa Punjulharjo sebagai desa yang akan dikembangkan sebagai desa wisata dalam kondisi baik yang dilengkapi dengan street furniture sebagai petunjuk jalan.

Analisis kebisingan digunakan untuk mengetahui seberapa besar intensitas suara yang sesuai dengan batas yang ditentukan dan disesuaikan dengan fungsi kawasan untuk tingkat kebisingannya. Dalam analisis kebisingan juga terdapat 3 (tiga) klasifikasi kebisingan, yaitu kebisingan tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996, Desa Punjulharjo termasuk dalam zona kebisingan rendah hingga sedang. Tingkat kebisingan sedang bersumber dari kendaraan bermotor yang menuju kawasan rekreasi Pantai Karangjahe, dimana setiap hari dan puncaknya weekend dikunjungi oleh masyarakat sekitar bahkan luar daerah.
Analisis drainase ini digunakan untuk mengetahui sistem aliran air yang ada dalam kawasan pada suatu site. Saluran drainase di Desa Punjulharjo pola alirannya mengikuti perbedaan ketinggian yaitu dari arah selatan ke utara. Drainase alami terbentuk pada beberapa ruas jalan. Desa Punjulharjo diklasifikasikan sebagai kawasan pedesaan, sehingga dalam dalam penyediaan sistem jaringan drainase tidak dapat diaplikasikan sistem drainase yang kaku, melainkan harus berdasarkan kebutuhan masyarakat. Semakin banyak daerah yang tertutup oleh perkerasan (contohnya : paving, aspal) maka semakin banyak limpasan air yang harus ditampung dan dialirkan melalui saluran drainase.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui cara dalam mengamati suatu site dari sisi pengamat (view to site) untuk memberi pandangan untuk luar site (view from site). Pemandangan berupa Gunung Kajar dan tambak yang dapat dilihat dari dalam Desa Punjulharjo merupakan good view yang dapat dimanfaatkan sebaga nilai jual kawasan wisata dengan menawarkan kawasan wisata berbasis alam dengan pemandangan sawah, tambak, dan Gunung Kajar. Pemandangan dari luar kawasan menuju ke dalam kawasan yang juga masih berupa tambak yang dapat dijadikan good view. Desa Punjulharjo mempunyai kawasan wisata yang berpotensi dikembangkan berupa Pantai Karangjahe dan situs perahu kuno. Hal ini juga didukung dengan rencana pengembangan desa wisata.

Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui kesesuaian jenis tanaman yang tepat dan dapat dikembangkan pada kawasan yang ada dalam site sebagai pendukung seperti penunjuk arah dan pengurang polusi. Vegetasi utama di Desa Punjulharjo didominasi oleh pohon mangga dan cemara laut. Selain itu terdapat beberapa jenis tanaman lainnya. Vegetasi berupa cemara laut dalam rangka merespon rawan bencana abrasi yang seringkali terjadi di kawasan pesisir, dalam hal ini Desa Punjulharjo. Vegetasi pohon mangga banyak dijumpai di Desa Punjulharjo dikarenakan saat ini sedang musim buah mangga.

Penulis :
Muhammad Safrul – Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Mahasiswa KKN Tematik Universitas Diponegoro