GAWAT, Sampah Plastik Sudah di Temukan di Dasar Laut! Mahasiswa Undip Atasi Menumpuknya Limbah Rumah Tangga dengan Urban Farming.

Sampah-plastik-kok-bisa-sampai-ke-dasar-laut-1

Bekasi (3/2/21) – Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah dapat dikategorikan dalam beberapa jenis, yaitu : Sampah Organik, Sampah Anorganik dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Ketiga kategori diatas masing-masing memiliki peranan dalam lingkungan, ada yang berdampak negative ada juga yang berdampak positif bila di olah dengan baik. Pengelolaan sampah yang tidak baik serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan menjadi penyebab rusaknya lingkungan baik di perairan (aliran sungai dan laut), maupun di daratan (lahan kosong dan hutan), Hadirnya perusahaan-perusahaan produksi yang memasarkan produk dengan kemasan plastik kepada masyarakat juga menambah parah produksi sampah di Indonesia. Bahkan saat ini Indonesia berada pada posisi kedua negara dengan penghasil sampah plastik terbanyak di dunia setelah Tiongkok. Tentu ini merupakan sebuah tamparan keras kepada negara kita. Predikat tersebut sangat kontraproduktif dengan upaya Indonesia untuk menjadi negara terdepan di sektor maritim.
Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mencatat, setiap tahun sedikitnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung di setiap kilometer persegi setiap tahunnya. Fakta tersebut menasbihkan Indonesia menjadi negara nomor dua di dunia dengan produksi sampah plastik terbanyak di lautan. Jose Tavares mengatakan, sampah plastik yang berasal dari daratan dan dibuang ke laut jumlahnya mencapai 80 persen dari total sampah yang ada di laut. Sampah-sampah tersebut masuk ke lautan, disebabkan oleh pengelolaan sampah yang kurang efektif dan perilaku buruk dari masyarakat pesisir di seluruh dunia dalam menangani sampah plastik. Polusi laut akibat sampah plastik ini, kata Jose, tidak hanya berdampak buruk terhadap lingkungan, tapi juga merugikan dari sisi ekonomi karena pendapatan negara dari sektor kelautan juga menurun. Oleh itu, harus dicari solusi yang tegas untuk mengatasi persoalan sampah plastik yang ada di laut.


11351


Dalam upaya mengkampanyekan persoalan sampah plastik yang ditemukan di dasar laut, Mahasiswa Undip ajak karang taruna untuk bersama-sama melakukan edukasi kepada Ibu-ibu PKK RT 01/06 Kecamatan Rawalumbu untuk membatasi penggunaan plastik serta melakukan edukasi kelautan terkait bagaimana sampah plastik bisa sampai ke dasar laut. Tak hanya itu, mahasiswa juga membagikan cara memanfaatkan limbah rumah tangga untuk Urban Farming yaitu menanam tanaman tanpa menggunakan media tanah atau disebut dengan metode hidroponik. Inisiasi kegiatan ini dilakukan setelah pemberian edukasi via WhatsApp Group dalam bentuk booklet/panduan yang memuat Langkah-langkah pembuatan media tanam hidroponik skala rumah tangga dengan memanfaatkan sampah yang sering digunakan masyarakat. Bahan – bahan yang di perlukan untuk pembuatan tanaman hidroponik sederhana diantaranya adalah : Botol Aqua bekas 1 L, gelas plastik, kain flannel, busa spons, dan bibit tanaman hidroponik.


Dalam rangka mencapai targetnya, mahasiswa dibantu oleh pemilik UMKM Tanaman Hidroponik untuk menemukan metode penanaman hidroponik yang tepat di lingkungan masyarakat. “Pada dasarnya urban farming seperti tanaman hidroponik di lakukan untuk memanfaatkan lahan sempit, jadi ide untuk menerapkan lingkungan urban farming di perumahan merupakan pilihan yang tepat untuk memenuhi pangan ditengah pandemic covid-19 serta pilihan yang tepat untuk meminimalisir menumpuknya sampah plastik” Ujar Pak Tri selaku pemilik UMKM Hidroponik Semai Hijau Kota Bekasi. Dalam pembuatan booklet panduan penanaman hidroponik, mahasiswa dibantu oleh mentor Hidroponik Bekasi untuk pembuatan materi dalam booklet yang akan di sebarkan pada masyarakat.

My-PDF

Penulis : Shastya Addienda Puspitasari (Oseanografi – FPIK)
DPL : Aghus Sofwan., ST., MT., PhD