Atasi Bau Limbah Tempe, Mahasiswa KKN Undip Ciptakan Cairan Organik Ini. Tanpa Bahan Kimia!
Brebes (3/2). Desa Jatibarang Lor, Kabupaten Brebes, merupakan sebuah desa yang cukup padat. Banyak aktivitas mata pencaharian masyarakat di sana, seperti Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), perdagangan, pertanian, dan sebagainya.
Salah satu produksi yang dihasilkan dari UMKM adalah produksi tempe. Warga yang memproduksi tempe di Desa Jatibarang Lor cukup banyak, karena produksi ini tidak memerlukan lahan yang luas sehingga dapat dilakukan di rumah sendiri. Namun, limbah dari produksi tempe menghasilkan bau yang tidak mengenakan.
Ditambah lagi rumah warga yang memproduksi tempe berada di pemukiman yang padat, sehingga bau yang dihasilkan oleh limbah tempe sangat mengganggu lingkungan tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa KKN Undip, Thomas Marcellino Santoso, yang merupakan mahasiswa S1 – Teknik Sipil menciptakan cairan organik yang mampu menghilangkan bau limbah tempe tersebut.
Seperti apa cairan organiknya? Sebagai solusi dari bau limbah yang menyengat, diciptakan sebuah cairan organik. Cairan organik ini sangat mudah dibuat dan bahan-bahannya sangat mudah didapat.
Cairan ini merupakan hasil fermentasi dari buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan dan sayuran yang digunakan antara lain pisang, nanas, pepaya, batang pisang (sepanjang 1 m), kangkung, dan kacang panjang. Masing-masing bahan tersebut dipotong-potong sekecil mungkin untuk memudahkan proses pembuatan. Setelah dipotong-potong, bahan tersebut dimasukkan ke dalam sebuah ember.
Bahan-bahan tersebut diaduk-aduk hingga bercampur sembari diperas. Setelah tercampur, bahan-bahan tersebut ditambahkan gula dan air kelapa. Kemudian diaduk-aduk kembali hingga merata. Setelah itu, ember ditutup rapat-rapat dengan plastik dan tutup ember agar terjadi fermentasi. Proses fermentasi dilakukan selama 7 hari. Setelah 7 hari, bahan-bahan tersebut diperas hingga mendapatkan cairan yang kemudian dituangkan ke dalam botol-botol. Cairan ini lah yang digunakan untuk mengatasi bau limbah tempe.
Cairan organik yang diciptakan mahasiswa Undip ini kemudian disosialisasikan dan diuji coba. Sosialisasi kepada ibu-ibu PKK dilaksanakan pada hari Rabu (3/2). Sosialisasi ini diikuti oleh sebanyak 25 orang. Pada keesokan harinya, Kamis (3/2), dilaksanakan sosialisi kepada ketua RT dan 3 warga yang memproduksi tempe.
Di lokasi produksi tempe, cairan organik yang telah dibuat disiram di saluran limbah tempe. Seluruh sosialisasi dilakukan dengan menggunakan booklet yang berisi alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan, cara pembuatan, dan cara pemakaian. Cairan organik ini dapat dirasakan hasilnya dalam waktu 2 – 7 hari.
Cairan organik ini dapat menghilangkan bau hingga 3 bulan. Cairan organik ini tidak hanya menghilangkan bau limbah tempe, namun juga dapat mengatasi bau limbah tahu dan ternak ayam.
Pak Latief dan Bu Toipah, warga yang memproduksi tempe, sangat bersyukur dengan adanya cairan organik ini. Mereka berharap cairan ini dapat berfungsi dengan baik, agar masyarakat sekitar tidak terganggu lagi. Mereka juga dibekali sebuah booklet buatan mahasiswa Undip mengenai cara pembuatan cairan organik penghilang bau limbah tempe ini.
Penulis : Thomas Marcellino Santoso (Teknik Sipil – FT)
Dosen Pembimbing Lapangan : Nissa Kusariana., S.KM., M.Si (FKM)
Apa itu cairan organik? Sebagai solusi dari bau limbah yang menyengat, diciptakan sebuah cairan organik. Cairan organik ini sangat mudah dibuat dan bahan-bahannya sangat mudah didapat. Cairan ini merupakan hasil fermentasi dari buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan dan sayuran yang digunakan antara lain pisang, nanas, pepaya, batang pisang (sepanjang 1 m), kangkung, dan kacang panjang. Masing-masing bahan tersebut dipotong-potong sekecil mungkin untuk memudahkan proses pembuatan. Setelah dipotong-potong, bahan tersebut dimasukkan ke dalam sebuah ember. Bahan-bahan tersebut diaduk-aduk hingga bercampur sembari diperas. Setelah tercampur, bahan-bahan tersebut ditambahkan gula dan air kelapa. Kemudian diaduk-aduk kembali hingga merata. Setelah itu, ember ditutup rapat-rapat dengan plastik dan tutup ember agar terjadi fermentasi. Proses fermentasi dilakukan selama 7 hari. Setelah 7 hari, bahan-bahan tersebut diperas hingga mendapatkan cairan yang kemudian dituangkan ke dalam botol-botol. Cairan ini lah yang digunakan untuk mengatasi bau limbah tempe.
Cairan organik yang diciptakan mahasiswa Undip ini kemudian disosialisasikan dan diuji coba. Sosialisasi kepada ibu-ibu PKK dilaksanakan pada hari Rabu (3/2). Sosialisasi ini diikuti oleh sebanyak 25 orang. Pada keesokan harinya, Kamis (3/2), dilaksanakan sosialisi kepada ketua RT dan 3 warga yang memproduksi tempe. Di lokasi produksi tempe, cairan organik yang telah dibuat disiram di saluran limbah tempe. Seluruh sosialisasi dilakukan dengan menggunakan booklet yang berisi alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan, cara pembuatan, dan cara pemakaian. Cairan organik ini dapat dirasakan hasilnya dalam waktu 2 – 7 hari. Cairan organik ini dapat menghilangkan bau hingga 3 bulan. Cairan organik ini tidak hanya menghilangkan bau limbah tempe, namun juga dapat mengatasi bau limbah tahu dan ternak ayam.
Pak Latief dan Bu Toipah, warga yang memproduksi tempe, sangat bersyukur dengan adanya cairan organik ini. Mereka berharap cairan ini dapat berfungsi dengan baik, agar masyarakat sekitar tidak terganggu lagi. Mereka juga dibekali sebuah booklet buatan mahasiswa Undip mengenai cara pembuatan cairan organik penghilang bau limbah tempe ini.
Penulis : Thomas Marcellino Santoso (Teknik Sipil – FT)
Dosen Pembimbing Lapangan : Nissa Kusariana., S.KM., M.Si (FKM)