Mahasiswa KKN Undip Membuka Kelas Budaya Jepang Untuk Anak-Anak Sebagai Solusi Masalah Belajar di Kelurahan Warnasari

Kegiatan Kelas Budaya Jepang di RT.006/RW.006 Kelurahan Warnasari, Cilegon

WARNASARI, KOTA CILEGON (7/2) – Mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim 1 Universitas Diponegoro (Undip) mengadakan kelas budaya Jepang sebagai solusi masalah belajar kepada anak-anak di RT.006/RW.006 Kelurahan Warnasari, Kota Cilegon.

Sejak bulan Maret tahun 2020, pemerintah memutuskan untuk memberlakukan belajar online bagi seluruh jenjang pendidikan akibat wabah virus Covid-19 yang mulai marak di Indonesia. Keputusan ini tentu saja mempengaruhi aktivitas belajar mengajar, terlebih lagi beberapa sekolah hanya memberikan tugas kepada para siswa melalui media sosial seperti whats app, sehingga interaksi antara guru dan siswa sangat minim. Akibat dari minimnya interaksi dan pengawasan dari guru dalam aktivitas belajar mengajar tersebut menjadikan anak meremehkan tugas yang diberikan dan jarang belajar di rumah.

“Terkadang harus diingatkan dulu jika ada sekolah dan tugas, tapi anak-anak maunya main saja bersama teman-teman. Anak saya yang kelas satu juga sulit untuk disuruh belajar membaca, menulis, dan berhitung. Akhirnya, saya memutuskan untuk memanggil guru privat ke rumah agar anak-anak mau belajar.” ujar salah satu warga RT.006/RW.006.

Hal ini juga disetujui oleh Hayani, S.IP, M.M., selaku Kepala Lurah Warnasari. “Banyak anak-anak setiap hari selalu berkumpul di pendopo sana. Asyik bermain game di ponsel. Padahal siang hari seharusnya masih ada kegiatan belajar dari sekolah, namun anak-anak bisa betah di pendopo dari pagi hingga sore fokus pada ponsel masing-masing tanpa membawa buku atau mengerjakan tugas bersama.” ungkap Hayani. “Dengan adanya program dari mahasiswa KKN ini diharapkan dapat mengajak anak-anak yang berkumpul untuk belajar serta melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat selain bermain game di ponsel.” lanjutnya.

Membuat shodou bersama

Kelas budaya Jepang ini dilaksanakan selama tiga kali pertemuan setiap hari Minggu. Pada pertemuan pertama, anak-anak diperkenalkan dengan dongeng Momotarou dari Jepang lalu memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menceritakan kembali kisah Momotarou yang sudah disampaikan dengan cara dan pemahaman masing-masing terhadap kisah Momotarou. Selain itu, diberikan beberapa kosakata mudah dari bahasa Jepang. Kemudian, di pertemuan kedua anak-anak diperkenalkan dengan shodou atau kaligrafi Jepang serta mengulang beberapa kosakata yang sudah dipelajari di pertemuan sebelumnya untuk mengukur seberapa paham anak-anak terhadap materi yang diberikan. Pada pertemuan terakhir, anak-anak diajak untuk menari dan bernyanyi bersama lagu berbahasa Jepang serta menonton film animasi bersama. Di pertemuan terakhir juga diumumkan ranking 1 sampai 5 yang dinilai dari keaktifan dan juga tugas-tugas yang dikumpulkan saat kelas berlangsung.

Foto bersama anak-anak yang mendapatkan ranking 1 sampai 5 (berurutan dari sebelah kiri)

Melalui kelas budaya Jepang ini, diharapkan dapat meningkatkan minat dan kreativitas anak-anak dalam belajar. Selain itu, kelas budaya Jepang juga memberikan wawasan baru terhadap anak-anak mengenai bahasa dan budaya Jepang dengan metode yang menarik sehingga anak-anak bisa bersemangat mengikuti kelas dan tidak merasa jenuh seperti mengikuti pelajaran di sekolah.

Penulis: Nur Fauziah (Bahasa dan Kebudayaan Jepang/FIB)

Dosen: Prof. Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M. Sc.