Cegah pembuangan sampah sembarangan, Mahasiswa Undip ajak “Akur pisan”!
Blora, 30/01/2021. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah harus dilakukan sejak dari sumbernya, untuk menghindari penimbunan sampah. Salah satu sumber sampah yaitu rumah tangga, jenis sampah yang dihasilkan sering disebut sebagai sampah domestik. Berdasarkan data Survey Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup (IPKLH) dari Badan Pusat Statistik di tahun 2017, hanya ada sekitar 18,6% rumah tangga yang peduli dengan sampah. Sehingga sisanya yaitu 81,4% rumah tangga di Indonesia tidak peduli dengan sampah, mereka menimbun dan menghasilkan sampah setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya pengelolaan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga.
Permasalahan tersebut juga terjadi di Desa Talokwohmojo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga belum dilakukan pengelolaan secara mandiri oleh masyarakat. Sebagian dari mereka yang masih peduli dengan lingkungannya mencoba membakar sampah-sampahnya di halaman rumah. Padahal pembakaran sampah terutama plastik bersamaan dengan jenis sampah lainnya merupakan tindakan tidak aman bagi kesehatan dan lingkungan karena menghasilkan asap putih beracun. Wilayah ini juga merupakan salah satu desa yang belum masuk dalam wilayah pelayanan eksisting persampahan Kabupaten Blora. Paradigma kumpul-angkut-buang masih tertanam di masyarakat karena tingkat pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang masih rendah terutama dalam hal mengurangi, memilah dan mengolah sampah sampah yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan terjadinya pembuangan sampah sembarangan.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, perlu ada edukasi untuk meningkatkan pengetahuan terkait pengelolaan sampah rumah tangga dan mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk berperan serta ambil bagian dalam pengelolaan sampah. Sehingga mahasiswa Undip melakukan kegiatan edukasi pengolah sampah pada Ibu Rumah Tangga di Desa Talokwohmojo khususnya di RW 02. Konsep dalam edukasi pengolahan sampah yang dilakukan yaitu Akur pisan (Aksi Kurangi, Pilah dan Olah Sampah).
Akur pisan merupakan konsep yang digunakan oleh mahasiswa Undip dalam mengajak masyarakat untuk melakukan pengolahan sampah secara mandiri berbasis masyarakat. Ada tiga hal utama yang ditekankan dalam kegiatan ini. Pertama yaitu kurangi sampah. Pada pengelolaan yang tepat, rumah tangga dapat mengurangi secara signifikan produksi sampah. Kegiatan mengurangi sampah dapat dijadikan kebiasan dalam kehidupan sehar-hari seperti mengurangi penggunaan plastik stryrofoam dan bahan lain yang memiliki sifat sulit untuk diurai oleh alam, menggunakan kembali barang-barang yang masih bisa digunakan, membawa kantong belanja atau totebag, tempat makan dan botol minum sendiri ketika berpergian, serta menyediakan makanan dan minuman secukupnya sehingga tidak tersisa.
Kedua yaitu pemilahan sampah. Kegiatan pemilahan sampah merupakan hal pertama dalam penanganan sampah yang yang berarti menjadi hal pokok yang harus diperhatikan. Dalam tatanan rumah tangga, mahasiswa Undip menenkankan pada pembagian tempat sampah menjadi 3 jenis berbeda, yang meliputi sampah sisa makanan dan sayuran (sampah organik) dapat ditempatkan pada ember tertutup, sampah berupa kertas, gelas, kaleng dan botol plastik dapat ditempatkan pada kotak kardus yang sudah tidak terpakai dan sampah lainnya dapat ditempatkan pada tong sampah.
Konsep yang terakhir yaitu pengolahan sampah. Ada beberapa teknologi pengolahan sampah yang dapat digunakan. Namun, pada kegiatan KKN ini, mahasiswa Undip memilih sistem biopori yang berguna untuk mengolah sampah organik yang dihasilakan oleh rumah tangga. Bukan tidak beralasan pemilihan teknologi ini. Hal ini digunakan berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain : 1) sampah organik rumah tangga belum dilakukan pengolahan, 2) mayoritas masyarakat RW 02 Desa Talokwohmojo memiliki pekarangan yang cukup luas, 3) di musim penghujan sepert ini, pekarangan selalu digenangi oleh air karena drainase yang kurang baik, 4) Cara ini termasuk pengolahan sampah rumah tangga yang sederhana dan praktis.
Sistem biopori merupakan teknologi alternatif dan sederhana yang dapat berfungsi untuk menyerap air hujan, selain untuk resapan air, biopori juga berguna sebagai pengolah sampah rumah tangga yang dapat diterapkan. Sampah organik yang masukkan ke dalam lubang biopori akan menacing mikroorganisme masuk, mencari makan dan merubah sampah organik menjadi kompos. Sehingga dapat bermanfaat untuk menggemburkan tanaman. Teknologi ini sangat efektif diterapkan dikalangan masyarakat, karena proses pembuatan yang cukup mudah dan sederhana
Oleh : Dhea Putri Oktaviana
DPL : Ir. Ibnu Pratikto, M.Si