Demi Menjaga Lingkungan, Mahasiswa KKN Undip Tim 1 Melarang Warga Mencuci Muka
Bulusan, Kota Semarang (07/02/2021), Seluruh limbah yang dibuang di darat akan bermuara ke laut. Hal ini merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Limbah ini dapat berupa limbah sisa-sisa makanan, limbah rumah tangga dan limbah industri dalam berbagai ukuran. Salah satu limbah yang cukup berbahaya di antaranya adalah mikroplastik. Dilansir dari data yang dihimpun KKP, bahwa setelah dilakukan penelitian oleh Universitas Hassanudin pada tahun 2015 di Tempat Pemasaran Ikan (TPI) Poutere, Makassar, ditemukan 76 ikan dari 11 spesies terbukti 28% ikan memakan mikroplastik ukuran 0.1 – 1.6 mm.
Sejumlah perairan lain yang diteliti oleh KKP yaitu Selat Bali, Selat Makassar, dan Selat Rupat di Dumai. Selain itu KKP juga meneliti perairan Taman Nasional Taka Bonerate di Flores, Taman Nasional Bunaken, dan Taman Nasional Bali Barat. Hasilnya semua lokasi tersebut tercemar mikroplastik, sekalipun perairan dalam yang terisolasi seperti Laut Banda. Pencemaran mikroplastik di Bunaken 50.000-60.000 partikel per kilometer persegi (km2), Laut Sulawesi 30.000-40.000 partikel per km2, dan Laut Banda 5.000-6.000 partikel per km2. Ada empat jenis plastik mikro ditemukan, meliputi plastik tipis, fragmen (bagian plastik hancur), fiber (serat), dan pelet (bijih plastik atau butiran).
Pertanyaan yang muncul adalah apa sumber dari banyaknya mikroplastik yang tersebar di laut? Jawabannya tentu saja berasal dari darat, khususnya dari limbah rumah tangga dan sampah plastik yang terurai menjadi ukuran mikro. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahan-bahan yang mengandung mikroplastik memicu meningkatnya penyebaran limbah tersebut.
Berangkat dari permasalahan tersebut, salah satu mahasiswa KKN Undip Tim 1 tahun 2021, mencoba mencari solusi atas permasalahan tersebut dengan membuat Program Kerja dengan mengangkat SGDS point 14 yaitu “live below water”. Program ini dilakukan dengan cara sosialisasi kepada masyarakat melalui poster edukasi. Edukasi berisi tentang penjelasan mikroplastik, apa saja bahayanya dan bagaimana cara mengurangi limbah mikroplastik tersebut.

“Salah satu cara mengurangi adalah limbah mikroplastik adalah mengurangi pemakaian bahan-bahan yang mengandung mikroplastik contohnya adalah Polyethylene Terephthalate (PET) pada botol plastik, Polymethyl Methacrylate (PMMA) pada bahan-bahan kosmetik seperti bahan scrub cuci muka, Polyethylene Glycol (PEG) pada industri pangan serta Polyethylene (PE) yang biasa digunakan pada plastik yang biasa digunakan sehari-hari.” ujar mahasiswa KKN Undip Tim 1 kepada warga. Ketua RT 01 RW 03 Kelurahan Bulusan, Pak Indro, mengatakan “Sosialisasi ini sangat bagus karena membawa pengetahuan baru bagi warga akan adanya limbah berukuran sangat kecil sehingga terkadang kurang terperhatikan. Semoga ke depannya dari pihak pemerintah dapat membuat regulasi yang lebih ketat terkait pemakaian mikroplastik ini”
