Mahasiswa KKN Undip Bantu Pondok Pesantren Al-Muawanah Tingkatkan Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi Covid-19 dengan Budikdamber

Semarang (8/07/2021), guna mewujudkan ketahanan pangan yang berkecukupan di tengah maraknya pandemi Covid-19 ini, mahasiswa KKN Tim II Undip menggandeng santri dan pengurus Pondok Pesantren Al-Muawanah mempraktikkan Budidaya Ikan dalam Ember (Budikdamber) di Halaman Belakang Pondok Pesantren Al-Muawanah, Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat.

Utamakan Prokes Saat KKN

Gambar 1. Program KKN Dilakukan dengan Protokol Kesehatan

Kegiatan KKN dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai dobel masker, melakukan pengecekan suhu serta tidak melibatkan banyak orang. Dosen Lapangan KKN, Dr. Dra. Wilis Ari Setyati, M.Si berpesan untuk benar-benar memperhatikan protokol kesehatan dan meminimalisir interaksi dilapangan mengingat sedang berlangsung kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat-Darurat (PPKM-Darurat) dari tanggal 3-20 Juli 2021. “Tolong abila proker bisa dilaksanakan secara daring silahkan daring, bila mengharuskan luring maka harus memperhatikan protokol kesehatan”, jelas Dosen Lapangan KKN.

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka ketahanan pangan, supaya pangan santri berkecukupan di tengah pandemi Covid-19. Pelatihan ini sebagai percontohan dan diharapkan dapat dikembangkan di tingkat kelurahan dan RT/RW. Sedapat mungkin tiap rumah mempunyai dua budikdamber. Melalui langkah ini diharapkan pengelola pondok pesantren akan mengurangi pengeluaran belanja karena kebutuhan sayur dan ikan dapat terpenuhi dari lingkungan pondok pesantren.

“Saat ini banyak santri sedang School From Home (SFH), sehingga kesibukan di pondok pesantren dapat dilakukan bersamaan dengan budikdamber. Hal ini dapat menjadi kegiatan positif bagi para santri. Dengan budikdamber tanaman seperti kangkung, sudah dapat dipanen saat usia 14 hari dan ikan dipanen setelah 2,5 bulan. Kami sangat berterimakasih dengan program ini, semoga bermanfaat” tutur Ibu Rifai, ketua pengurus Pondok Pesantren Al-Muawanah.

Gambar 2. Sosialisasi dan Edukasi Pihak Pondok Pesantren Al-Muawanah

Instalasi Budikdamber yang Simpel dan Mudah Diimplementasikan

Untuk melakukan budidaya ini, diperlukan bahan-bahan yaitu ember 50/80 liter sebagai wadah budidaya ikan, arang batok kelapa sebagai media tanam sayur, gelas plastik sebagai media tanam sayur, tang dan solder. Tak lupa juga bibit ikan lele dan bibit kangkung yang sudah disemai. Penyemaian bibit kangkung dapat dilakukan dengan menggunakan jari farm sebagai wadah dan rockwool sebagai media tanamnya. Dalam waktu 3 hari, kangkung yang ditanam akan mulai tumbuh, jika ada kutu di daun, maka segera buang daun atau batang karena kangkung akan keriting dan mati.

Pertama-tama gelas plastik sebanyak 10 -15 buah di lubangi dengan solder dibagian bawah dan samping yang berfungsi untuk mengontrol volume air. Tutup ember dilubangi  sesuai dengan ukuran gelas, kemudian masukkan gelas plastik diatas tutp ember yang sudah dilubagi, pastikan gelas plastik sudah diisi arang sebagai media tanam kangkung.

Kemudian isi ember dengan air bersih sebanyak 60 liter, diamkan selama 6-7 hari lalu masukkan ikan lele dengan ukuran 5-10 cm sebanyak 60-100 ekor. Setelah itu taruh bibit kangkung yang telah disemai ke dalam gelas plastik yang sudah diisi dengan arang serta ditaruh di tempat yang terkena sinar matahari maksimal. Ikan lele harus diberikan pakan sesuai ukuran sebanyak 2-3 kali dengan waktu yang tetap, jika air berubah menjadi hijau, berbau busuk serta nafsu makan ikan menurun ditandai dengan kepala ikan menggantung diatas, segera ganti air dan penggantian air ini sendiri dilakukan 10-14 hari sekali.

Sayur kangkung sendiri dapat dipanen 14-21 hari pertama sejak tanam, dimana panen dilakukan dengan memotong kangkung dan menyisakan bawah tunas kangkung untuk pertumbuhan kembali. Panen sayur kangkung selanjutnya berjarak 10-14 hari sekali dan bisa bertahan hingga 4 bulan. Sementara itu untuk panen ikan lele dapat dilakukan dalam 2 bulan dengan menguras ember, apabila bibit bagus dan pakan baik, dimana tingkat bertahan hidup ikan antara 40-100 persen.

Penulis : Yusuf Sufyan
Dosen Pendamping Lapangan (DPL) : Dr. Dra. Wilis Ari Setyati, M.Si
Semarang, 14 Juli 2021

-BERGERAK BERSAMA, WUJUDKAN AKSI NYATA –