#Gratis!!! Bibit Kompos Takakura Dibagikan Kepada Warga Desa Sangkanayu, Kabupaten Purbalingga Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Purbalingga (22/07) – Pandemi belum berakhir, mengharuskan mahasiswa untuk melakukan KKN di tempat tinggal masing-masing guna mencegah penyebaran virus Covid-19. KKN Pulang Kampung ini dilaksanakan di desa Sangkanayu, Kabupaten Purbalingga yang berlangsung pada tanggal 30 Juni – 12 Agustus 2021. Adapun tema yang diangkat dalam KKN Pulang Kampung kali ini adalah “Sinergi Perguruan Tinggi dengan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19 Berbasis pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Melalui Kuliah Kerja Nyata”.
Sampah organik menjadi penyumbang terbesar sampah yang dihasilkan kegiatan rumah tangga. Sampah jenis ini sebenarnya mudah terurai secara alami, namun dalam proses penguraian atau pembusukan tersebut kerap kali menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak sedikit yang menumpuk disaluran drainase sehingga menyumbat saluran tersebut. Alangkah lebih baik melakukan pengolahan sampah organik sebelum dibuang salah satunya mengolah menjadi pupuk kompos.
Dalam perkembangan teknologi yang sangat pesat, ilmuwan Jepang menemukan suatu metode terbaru untuk pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos yaitu metode Takakura. Pengolahan ini dilakukan dengan cara mencampurkan bibit kompos, starter, dan sampah organik dalam suatu keranjang. Sehingga sistemnya sama seperti membuang sampah pada umumnya, setiap akan membuang sampah organik dibuang kedalam keranjang tersebut. Setelah penuh, ambil 2/3 bagian dari keranjang kemudian kumpulkan kompos dalam karung . Jika ingin membuang sampah organik lagi, maka dibuang dalam keranjang tersebut lagi dan kumpulkan lagi dalam karung apabila keranjang sudah penuh. Setelah 1 minggu pupuk kompos siap diaplikasikan ke tanaman.

Penulis menggunakan starter berupa gula merah sebanyak 50 gram yang dilarutkan dalam 500 ml air dan ditambahkan 2 butir ragi tape. Setelah 3 hari starter tersebut dicampurkan dengan 2 kg dedak, 2 kg sekam padi, dan air. Biarkan campuran bahan-bahan tersebut selama seminggu dalam wadah yang tertutup, tanda bibit kompos sudah matang apabila permukaan tumpukan bibit kompos diselimuti lapisan mould putih dan berbau khas tape. Proses tersebut adalah pembuatan bibit kompos yang nantinya akan dibagikan kepada beberapa warga desa Sangkanayu.

Sebagai upaya pemberdayaan masyarakat desa Sangkanayu diwujudkan dalam edukasi pembuatan pupuk kompos metode Takakura ini. Warga sangat antusias mendapat bibit kompos secara gratis dan tentunya mereka mendapat insight baru terkait pengolahan sampah organik . “Iya mas sampah-sampah basah (organik) dari dapur, saya buang ke belakang rumah. Soalnya saya tidak tau mau diapakan sampahnya jadi saya buang saja, ternyata bisa dijadikan pupuk seperti yang mas jelasin tadi”, ujar salah seorang warga RT 06 desa Sangkanayu. Harapannya setelah dilakukan edukasi pembuatan pupuk kompos metode Takakura dan pembagian bibit kompos ini, warga dapat tergerak untuk mengolah sampah organik hasil kegiatan rumah tangga menjadi pupuk kompos, sehingga dapat mengurangi timbulan sampah organik.


Penulis : Satrio Nunkky Efianto (Teknik Lingkungan 2018)
DPL : Ir. Hermin Werdiningsih, M.T.