Wah! Sosialisasi Budidaya Sawi, Tanaman Kaya Manfaat Dan Membuat Pestisida dari Bahan Alami, Simak Ulasannya!
Pelaksanaan KKN Tim 2 Undip di Desa Pokoh Kidul, Wonogiri
Pokoh Kidul, Wonogiri (03/08)- Pandemi Covid-19 menjadi momentum membangkitkan sektor komoditas hortikultura. Pasalnya, tingkat konsumsi buah-buahan dan sayuran saat ini menjadi prioritas. Masyarakat semakin sadar akan manfaat buah dan sayur yang banyak mengandung vitamin, guna meningkatkan daya imun tubuh. Penanaman tanaman hortikultura juga dapat memenuhi kebutuhan warga Pokoh Kidul saat pandemik. Karena tanaman hortikultura lebih mudah dalam perawatannya dan tidak memakan biaya yang besar. Dengan bertambahnya penduduk, meningkatnya pendapatan dan pendidikan akan mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi dan kesehatan. Peningkatan permintaan hortikultura merupakan peluang agribisnis hortikultura organik. Ketersediaan sayur dan buah organik masih tidak dapat memenuhi permintaan pasar . Hal ini disebabkan produksi yang belum optimal dan petani yang mengusahakan buah dan sayur organik belum banyak. Maka perlu adanya pengembangan percontohan tanaman hortikultra organik berbasis produk intelektual bagi mahasiswa dan masayarakat. Penentuan komoditas unggulan jenis tanaman hortikutura dengan model yang sesuai dengan lingkugan yang ada di Desa Pokoh Kidul, Kabupaten Wonogiri.
Mahasiswa KKN Undip memberikan sosialisasi mengenai cara budidaya tanaman sawi yang benar selain itu mahasiwa KKN Undip juga memberika bibit serta benih sawi kepada warga Desa Pokoh Kidul, Wonogiri. Kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein,
lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Selain itu manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.
Budidaya tanaman sawi yang tidak membutuhkan lahan pekarangan yang luas, karena hanya menggunakan polybag dan campuran tanah pupuk kandang sebagai media tanam. Tanaman sawi di budidayakan dengan tahap awal yaitu penyemaian. Polybag dengan diameter 20 cm di siapkan. kemudian campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1;1 di masukkan. Lakukan penyiraman dua kali sehari pagi dan sore. Setelah tanaman sawi berumur 3-4 minggu baru bisa di pindah tanam. Pindah tanam dilakukan dengan mencabut tanaman sawi hati-hati. Usahakan akar tanaman sawi tidak rusak dan tanah seblumnya masih menempel. Pindahkan sawi ke polybag yang disediakan. Satu polybag di isi 2 tanaman sawi. Lakukan penyiraman kembali dua kali sehari pagi dan sore hari. Kemudian lakukan pemupukan sebulan sekali. Pengendalian gulma dan organisme pengganggu tanaman juga dapat dilakukan supaya tanaman sawi dapat tumbuh dengan optimal. Tanaman sawi yang sudah berumur 2 bulan bisa langsung di panen. pemanenan dilakukan dengan memotong sawi dari batangnya atau memetik daunnya saja.
Oleh : Nur Rohmiati; S1 Agroekoteknologi; Fakultas Peternakan dan Pertanian; Universitas Diponegoro
Dosen Pembimbing : Muhyidin, S.Ag., M. Ag. MH
Pokoh Kidul, Wonogiri (03/08) – Penggunaan pestisida kimia mengakibatkan pencemaran lingkungan dan bermasalah bagi kesehatan manusia jika digunakan secara terus-menerus oleh sebab itu untuk mengurangi penggunaannya maka perlu adanya pembuatan pestisida nabati yang lebih ramah lingkungan dan lebih aman jika digunakan.
Banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia, mendorong pemerintah untuk mengalihkan kepada pemanfaatan jenis-jenis pestisida yang aman bagi lingkungan. Kebijakan ini juga sebagai konsekuensi implementasi dari pertanian yang berwawasan lingkungan dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan nasional dalam perlindungan tanaman, untuk menggalakkan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan mengutamakan pemanfaatan agens pengendalian Nabati atau biopestisida sebagai komponen utama dalam sistem PHT yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1995.
Hal ini dipilih karena pemanfaatan agens pengendalian hayati atau biopestisida dalam pengelolaan hama dan penyakit dapat memberikan hasil yang optimal dan relatif aman bagi makhluk hidup dan lingkungan.
Sosialisasi mengenai penggunaan pestisida nabati perlu dilakukan karena selain ramah lingkungan juga dapat menghemat pengeluaran. Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang dapat di mannfaatkan sebagai bahan dari pembuatan pestisida nabati.
Mahasiswa KKN Undip memberikan arahan dan cara pembuatan pestisida nabati kepada masyarakat di Desa Pokoh Kidul, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Warga tampak antusias melihat cara pembuatan pestisida nabati yang dilakukan secara langsung dan sangat mudah jika membuatnya sendiri di rumah.
Pembuatan pestisida nabati ini dilakukan dengan menggunakan 50 gram bawang merah, 1 liter air, ember dan alat penyaring. Timbang dahulu bawang merah 50 gram, kemudian hancurkan dengan blender, tambahkan sedikit air. Setelah bahan yang telah di hancurkan halus, tambahkan air 1 liter kemudian aduk dan saring menggunakan penyaringan.
Kemudian dapat diaplikasikan pada pagi dan sore hari dengan cara menyemprotkan pestisida ke tanaman yang terserang. Semprot secukupnya saja agar tanaman tidak menguning atau terkena panas dari bawang merah.
Pestisida berbahan dasar bawang merah ini dapat mencegah penyakit pada tanaman seperti busuk daun, fusarium, antraknos, dan alernaria. Sangat di rekomendasikan terutama bagi tanaman cabai.
Oleh : Nur Rohmiati; S1 Agroekoteknologi; Fakultas Peternakan dan Pertanian; Universitas Diponegoro
Dosen Pembimbing : Muhyidin, S.Ag., M. Ag. MH