MAHASISWA UNDIP MEMBANTU ANAK SEKOLAH BELAJAR DI RUMAH SELAMA PANDEMI COVID-19

Pandemi Covid-19 menjadi satu dari sekian tantangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak hanya melada sektor ekonomi, perubahan yang signifikan juga dialami pada sektor pendidikan. Pada Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI resmi mengeluarkan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh sebagai bentuk pencegahan penyebaran Covid-19. Namun demikian, siapa sangka kebijakan ini justru menimbulkan tantangan baru bagi anak sekolah akibat dari keterbatasan yang ada.

Dukuh Kedung Rejo yang terletak di Kabupaten Batang, merupakan Dukuh dengan jumlah anak sekolah yang tidak sedikit. Berdasarkan survei yang dilakukan Ganeshari Chandra (21), menunjukkan bahwa 8/10 warga Kedung Rejo mengeluhkan pola belajar anak selama pandemi Covid-19. “Disuruh mengerjakan PR susah, bahkan saya menyampaikan keluhan saya ke guru tetapi tidak merubah apapun. Sedangkan guru bertanggung jawab mendidik anak di sekolah, bukan di rumah. Maka saya berharap sekolah tatap muka segera diberlakukan”, ujar Fijayanti Mala (37).

Atas dasar permasalahan tersebut, dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa Undip melakukan upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam mendukung kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat –khususnya anak sekolah tetap nyaman dalam menjalankan kewajiban belajarnya. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi anak sekolah yang merasa kesulitan belajar dan memiliki aksesibilitas yang minim.

Kegiatan ini sudah dilakukan sejak 18 Juli 2021 dan berjalan hingga sekarang.  “Untuk tempat, kami fleksibel saja, kadang saya yang datang ke rumah mereka, kadang mereka yang datang ke rumah saya. Tidak lupa juga selalu menaati prokes,” begitu kata Ganeshari Chandra, mahasiswa KKN Undip.

Tidak hanya membantu anak-anak belajar, upaya peningkatan partisipasi masyarakat juga disertai dengan sosialiasi kepada masyarakat tentang kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh, implementasi dan evaluasinya selama 1 tahun berjalan. Sosialisasi dilakukan secara daring melalui WhatsApp Group, dan dilanjutkan dengan diskusi monitoring belajar anak.

“Saya juga merasa kebijakannya tidak efektif. Tapi mau bagaimana lagi, ini salah satu upaya agar Covid-19 tidak menyebar di lingkungan sekolah. Setelah saya perhatikan juga nilai anak saya membaik, karena belajarnya santai dan tidak tegang seperti di sekolah. Yang penting PR dikerjakan sebagaimana mestinya,” begitu kata Merina Pratiwi (35) ketika diwawancarai tentang Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh.

“Kalau bisa, programnya jalan terus dan tidak putus di tengah, karena saya cukup terbantu dengan adanya program ini. Anak-anak kadang susah disuruh belajar dan saya tidak bisa mengawasi 24 jam karena saya juga bekerja dari pagi sampai sore,” ujar Aruma Dianti (41).

Dengan adanya kegiatan ini, harapannya masyarakat sadar atas urgensi diberlakukannya Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh dan mendukungnya secara penuh. Suatu kebijakan akan berjalan efektif jika ada partisipasi aktif dari masyarakat. Membantu belajar anak-anak sekolah selama pandemi merupakan satu dari sekian upaya mendukung kebijakan tersebut.