Penuhi Kebutuhan Gizi Balita, Mahasiswa UNDIP Adakan Pemberian Makanan Tambahan untuk Balita Kurang Gizi
Kupang, Nusa Tenggara Timur (14/6) – Badan Pusat Statistik menerangkan bahwa rasio penderita gizi buruk di Nusa Tenggara Timur merupakan yang tertinggi secara nasional, yaitu sebesar 9,7. Hal ini berarti ada 9 orang setiap 10 ribu penduduk di Nusa Tenggara Timur yang menderita gizi buruk. Gizi buruk atau yang dikenal dengan kwashiorkor merupakan salah satu bentuk malnutrisi. Malnutrisi dapat dipahami sebagai kesalahan dalam pemberian nutrisi baik berupa kekurangan ataupun kelebihan nutrisi. Gizi buruk kebanyakan menyerang anak-anak di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Anak di bawah lima tahun atau balita memiliki perkembangan fisik dan mental yang pesat, balita akan menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat sehingga membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi. Kurang gizi pada masa ini akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut sehingga pada masa ini balita membutuhkan perhatian yang lebih dalam tumbuh kembangnyanya.
Berangkat dari latar belakang tersebut, Utami Basri K, mahasiswi Sastra Inggris Universitas Diponegoro melakukan suatu upaya untuk turut andil sebagai mahasiswa dalam gerakan memberantas gizi buruk pada balita, yaitu dengan mengadakan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita kurang gizi di desa Kolhua, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita adalah pemberian makanan atau minuman yang mengandung zat gizi pada balita untuk memenuhi kebutuhan gizi.


Program ini dijalankan selama 6 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 14-19 Juni 2021. Terdapat 21 balita di desa Kolhua yang mengalami gizi buruk yang menjadi sasaran utama dari hadirnya program ini. Data balita tersebut diambil dengan memperoleh izin dari puskesmas lokasi setempat. Kegiatan ini dimulai dengan pembuatan makanan dan minuman yang memenuhi nilai gizi pada pagi harinya, kemudian dilanjutkan dengan pemberian makanan yang dilakukan secara door to door pada siang harinya.
Meskipun saat pemberian makanan dilakukan, mahasiswa mengalami beberapa kendala seperti jalan menuju rumah warga yang tidak bisa dilalui kendaraan dan harus berjalan kaki, program ini tetap dapat berjalan dengan baik hingga di hari terakhir. Diharapkan, dengan hadirnya program ini, tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi balita, namun juga sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran.
Oleh: Utami Basri K, FIB, Universitas Diponegoro
Dosen Pembimbing: Dr. Drs. Catur Kepirianto, M. Hum.