Uji Kualitas Air Sederhana untuk “Mens Sana In Corpore Sano”

Jakarta (6/8), “Mens Sana In Corpore Sano”, adalah suatu kalimat dalam bahasa Latin yang mungkin sangat relefan bagi kondisi kehidupan manusia di kala pandemi. Kalimat tersebut memiliki arti “Didalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat”. Tentu kita semua menyadari bahwa pandemi Covid-19 sudah berlangsung cukup lama di Indonesia. Kasus pertama yang masuk ke Indonesia dikonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020, yang berarti disaat artikel ini dibuat, sudah 1 tahun 5 bulan dan 4 hari semenjak kasus pertama kali dikonfirmasi. Selama waktu tersebut kita akan ‘bersahabat’ dengan yang namanya social distancing, physical distancing, work from home, pembelajaran jarak jauh, dan lain-lain. Penerapan tersebut diharapkan mampu untuk menekan kasus Covid-19 yang terus meningkat dengan mengurangi mobilitas dan kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam satu wilayah dan waktu yang sama.

Mari kita sedikit menyebrang menuju sisi psikologis yang berpotensi untuk timbul akibat penerapan kegiatan tersebut. Terjadinya perubahan rutinitas dari hampir seluruh aspek masyarakat. Pelajar, mahasiswa, dan sederajat secara tidak langsung harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang baru, yaitu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Awalnya mungkin akan kesulitan untuk beradaptasi, kemudian terbiasa, dan akhirnya mencapai titik kejenuhan. Menjadi sebuah siklus. Begitu pula pada masyarakat umum. Penerapan protokol kesehatan seperti 3M dan 5M (Mencuci tangan, Memakai masker, Membatasi mobilitas, Menjaga jarak, dan Menjauhi kerumunan) juga akan mengalami siklus tersebut. Masyarakat ada yang mulai merasakan kejenuhan dan kecemasan tentang kapan pandemi ini akan berakhir.

Lalu apa korelasinya dengan kalimat “Mens Sana In Corpore Sano”? Kejenuhan yang terjadi pada masyarakat berkaitan dengan “jiwa” manusia. Apabila kita merasa jenuh dan mulai melonggarkan protokol kesehatan yang telah ditentukan, tentu “tubuh” kita akan sangat berisiko tertular Covid-19. Penerapan 5M harus tetap dijalankan dengan kesadaran masing-masing individu. Selain itu, konsumsi makanan dan minuman sehat juga menjadi kunci yang tidak kalah penting. Seperti yang kita tahu, tubuh manusia 70% terdiri dari air dan apabila konsumsi air kita kurang tercukupi, akan banyak masalah kesehatan yang menanti salah satunya adalah dehidrasi. Tubuh akan terasa lemas dan tidak bertenaga, sehingga memberi celah untuk masuknya berbagai virus dan bakteri kedalam tubuh.

Konsumsi air putih atau air mineral secara berkala mampu membentuk “tubuh” yang kuat untuk mengurangi risiko tertular Covid-19. Tentu disekitar kita banyak sekali produsen air mineral dengan harga yang sangat variatif. Yang perlu diperhatikan adalah kelayakan konsumsi air mineral tersebut. Kita mungkin mengenal air mineral isi ulang atau refill yang sudah cukup banyak ditemukan disekitar kita. Tentu standar pengolahannya berbeda dengan produsen berskala besar. Untuk mengetahui kualitas air mineral yang kita gunakan dapat menggunakan pengujian sederhana. Kita membutuhkan 1 gelas air mineral yang akan dikonsumsi dan 1 gelas air teh. Tuangkan air teh kedalam gelas yang berisi air mineral kemudian didiamkan dalam keadaan terbuka selama 1 hari. Apabila timbul endapan, lapisan minyak, dan berbau menandakan air tersebut tidak layak konsumsi.

Uji sederhana ini diharapkan mampu untuk sedikit memberikan edukasi dan gambaran kepada masyarakat mengenai kualitas air yang dikonsumsi sehari-hari. Penulis berharap agar kita lebih aware terhadap hal-hal kecil namun memiliki impact yang cukup besar. Tetap jaga kesehatan, tetap patuhi protokol kesehatan, dan jangan longgarkan protokol kesehatan. Mari kita bersama-sama untuk sedikit bersabar lebih lama dan ikhlas menghadapi pandemi ini. Semoga pandemi cepat berakhir. Aamiin.

Penulis: Rajendra Maulana Wicaksono
Dosen Pembimbing Lapangan: Alan Prahutama, S.Si, M.Si