Manisnya Bisnis Carang Madu Bu Suparti

Tambahmulyo (30/7) Siapa yang tidak suka dengan panganan renyah nan manis berbahan ketan, tapioka, beras, dan gula merah. Carang madu adalah salah satu jenis panganan yang berbentuk kumpulan ranting yang di atasnya diolesi madu ataupun gula merah. Carang madu berasal dari bahasa Jawa yang berarti ranting bambu.

Saat ini carang madu menjadi panganan langka karena sudah jarang ada yang membuatnya. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh Ibu Suparti dengan memanfaatkan kemahirannya memasak carang madu. Bu Suparti memberi nama usahanya sebagai “Bakul Carang Madu” yang beralamat di RT 06 RW 01 Desa Tambahmulyo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati. Setiap harinya Bu Suparti bisa memproduksi maksimal 1.000 bungkus carang madu, tetapi terkadang jumlah pesanan melebihi jumlah tersebut.

Carang madu buatan Bu Suparti sudah dipasarkan ke desa-desa lain di luar desa Tambahmulyo, bahkan takjarangpula dijadikan oleh-oleh untuk dibawa ke luar kota. Harga yang murah menambah larisnya carang madu buatan Bu Suparti, yaitu Rp700,00 per bungkus. Keterbatasan produksi yang dihadapi Bu Suparti disebabkan karena kurangnya tenaga kerja. Setiap harinya Bu Suparti hanya dibantu 6 orang tenaga kerja keluarga, sedangkan proses pembuatan carang madu terbilang rumit dan membutuhkan banyak tenaga kerja. Bu Suparti kesulitan menemukan tenaga kerja tetap karena kebanyakan calon tenaga kerja lebih memilih bekerja di sawah atau ladang maupun pekerjaan lainnya. Usaha “Bakul Carang Madu” milik Bu Suparti sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat tingginya jumlah pesanan. Tak tanggung-tanggung bahkan konsumen harus memesan satu minggu sebelumnya untuk dapat menikmati carang madu buatan Bu Suparti. (SP)
