Cahyo Mudho, Sebuah Bakti Ketoprak Pati
Pati – Ratusan warga memadati badan jalan Desa Tlogorejo, Jakenan, Pati, Senin (25/07) malam. Mereka duduk dengan khidmat, menyaksikan pagelaran Ketoprak, yang diadakan oleh warga setempat sebagai bagian dari rangkaian acara syukuran pernikahan yang telah digelar satu hari sebelumnya.
Ketoprak merupakan seni pentas drama tradisional yang diyakini berasal dari Surakarta dan Yogyakarta. Iringan musik ketoprak dibawakan dengan menggunakan iringan gamelan jawa, dan cerita yang ditampilkan dapat berdasarkan cerita rakyat setempat, maupun sesuai permintaan yang mengundang mereka. Berbeda dengan Ketoprak Surakarta atau Yogyakarta, Ketoprak Pati jenis pementasannya adalah jenis pementasan pesisiran, yang mana tidak memiliki pakem tertentu di dalamnya.
Mengambil lakon “Kisah Majapahit dan Kerajaan Pasundan”, para aktor grup Ketoprak Cahyo Mudho tampil dengan penuh penghayatan. Kisah yang dibawakan dalam pertunjukan ini menceritakan hari-hari kejayaan Kerajaan Majapahit dan konfliknya dengan Kerajaan Pasundan. Cerita dibawakan dengan bahasa jawa dan menampilkan guyonan khas daerah yang digemari warga, tidak hanya dari kalangan orang tua, tetapi juga dari anak-anak.
Menurut warga setempat, tema budaya, khususnya ketoprak, sengaja digunakan untuk mengingatkan warga desa yang mayoritas dekat dengan Budaya Jawa agar selalu nguri-uri kebudayaan Jawa, salah satunya Ketoprak yang menjadi kesenian lokal khas Pati.
Ratusan warga yang hadir tidak hanya berasal dari desa Tlogorejo saja, namun dari berbagai macam desa. Hadirnya Ketoprak tidak hanya memberikan hiburan bagi warga desa yang menontonnya, tapi juga memberikan ladang uang bagi beberapa pedagang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka lapaknya.