Ketahanan Pangan Skala Rumah Tangga Menjadi Cara Seru Bertahan Dalam PPKM

Menjauhi kerumunan merupakan salah satu upaya pencegahan penularan virus covid-19. Hal ini menjadi tantangan yang berarti, mengingat menjamurnya budaya nongkrong yang berkembang disemua kalangan. Mulai dari ibu-ibu yang membeli sayur sambil bertukar kabar hingga anak muda yang bergerombol mengerjakan tugas sambil bercakap-cakap seru. Meskipun menghindari kerumunan terkesan mustahil, nyatanya hal ini mau tidak mau harus kita lakukan. Pemerintah turut andil dalam mencegah kerumunan dengan dikeluarkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau lebih dikenal dengan PPKM. Peraturan mengenai PPKM berlaku disemua daerah tanpa terkecuali Kelurahan Jangli, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Dalam mencukupi bahan pangan seringkali warga masih keluar rumah. Seperti yang kita ketahui pangan merupakan kebutuhan pokok sekaligus hak asasi manusia yang pemenuhannya tidak dapat ditunda. Warga Jangli, khususnya RW 01 RT 01 banyak yang memenuhi kebutuhan pangannya dengan berbelanja di pasar maupun di toko sayur terdekat.

Di Semarang sendiri, salah satu klaster persebaran covid-19 adalah pasar, hal ini ditandai dengan banyaknya pedagang di pasar yang positif dan penutupan operasional Pasar burung Karimata, Pasar Prembaen, dan Pasar Rasamala pada 2020 silam. Penutupan operasional dilakukan tiga hari sejak Rabu 3 Juni 2020. Hal ini perlu diwaspadai supaya tidak terulang lagi, meningat varian baru yang semakin ganas. Kemudian saat berbelanja di toko sayur tak jarang yang bergerombol untuk sekedar bertukar sapa hingga ngobrol ini-itu. Mobilitas warga ke pasar sampai berbelanja di toko sayur terdekat tidak bisa dihilangkan seratus persen, keduanya hanya bisa dikurangi intensitasnya. Dengan mobilitas yang rendah, warga RW 01 RT 01 Jangli berkontribusi dalam mencegah persebaran covid-19.

Mobilitas menuju pasar dan toko sayur dapat dikurangi dengan menanam sayuran di kebun sendiri. Bertegur sapa dari masing-masing kebun. Dengan cara ini kekeluargaannya tak akan terputus, hanya saja caranya yang berbeda. Tentunya membuat kebun sendiri tidak harus memiliki tanah lapang, poly bag pun dapat menjadi solusinya. Kita kenal kegiatan ini sebagai ketahanan pangan rumah tangga, Manfaatnya secara langsung maupun langsung dapat terasa.

Ketahanan pangan skala rumah tangga sendiri memiliki makna terpenuhinya pangan bagi anggota keluarga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman, beragam, bergizi dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya nasyarakat untuk dapat hidup sehat aktif produktif secara berkelanjutan. Beberapa tanaman yang mudah ditanam tanpa perawatan ekstra dan memiliki umur panen yang relative pendek antara lain sawi sendok, sawi hijau, sawi putih, tomat dan kangkung.

“Sebelumnya ngga pernah menyiram tanaman, tapi sekarang menyiram tanaman jadi salah satu kegiatan yang seru. Pagi-pagi menghirup udara segar sambil menyiram, sesekali ketemu belalang,” seru Bu Dwi warga RT 01 RW 01 Jangli.

Berkebun sekaligus menjaga ketahanan pangan rumah tangga akan menaikkan imun. Selain itu dapat juga mengurangi ketergantungan untuk pergi ke pasar apalagi saat diberlakukannya PPKM. Dengan menanam bahan masakan sendiri kita bisa mengatur penggunaan pupuk dan menghidari bahan-bahan kimia, sayuran pun lebih aman di konsumsi.

Dengan adanya kegiatan ini warga menjadi sadar pentingnya ketahanan pangan rumah tangga, hal yang sederhana namun memiliki sejuta manfaat.