Sosialisasi Sistem Rainwater Harvesting Guna Menjadi Solusi Masalah Kekeringan di Pulau Karimunjawa
Karimunjawa (2/12). Diskusi dan sosialisasi dengan masyarakat Kelurahan Karimunjawa mengenai Penerapan Sistem Rainwater Harvesting sebagai solusi kekeringan dan kekurangan air bersih.
Karimunjawa adalah kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Karimunjawa berpenduduk lebih dari 9784 jiwa (2019) di lima pulau yang berpenghuni. Karimunjawa sendiri terbagi menjadi 4 kelurahan/desa yaitu Karimunjawa, Kemujan, Parang dan Nyamuk. Pada Kelurahan Karimunjawa memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 4946 jiwa. Selain penduduk setempat, penduduk Karimunjawa ditambah oleh para wisatawan dan para pendatang lain.
Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak dan ditambah para pendatang yang silih berganti, tentunya hal ini sangat erat kaitannya dengan kebutuhan air bersih bagi masyarakat di Karimunjawa. Selain digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, air bersih tentunya dibutuhkan untuk keperluan lainnya seperti perkebunan, pertanian dan peternakan. Menurut pakar konservasi air dari Universitas Diponegoro Semarang Prof. Koodoatie, Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu pulai di Indonesia yang tidak mempunyai Cekungan Air Tanah (CAT). Padahal CAT mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air dalam jangka panjang.
Salah satu warga Kelurahan Karimunjawa yang berprofesi sebagai guru, Bapak Roisul mengatakan bahwa untuk musim penghujan memang air bersih tidak terjadi kekurangan. Namun saat musim kemarau bencana kekeringan sangat mungkin terjadi. Hal ini ditambah dengan adanya beberapa hotel berbintang yang mengambil air bawah tanah. Tentunya hal ini sangat mengancam distribusi air. Hal tersebut dapat memberikan dampak yang sangat dirasakan apabila musim kemarau tiba. Dampak tersebut berupa kekeringan dan kekurangan akan kebutuhan air bersih.
Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia yang hanya memiliki 2 musim saja, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Dengan rata-rata curah hujan di Indonesia berkisar antara 2.000-3.000 mm per tahun dapat menjadi sebuah potensi sumber air. Salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan air hujan adalah memanen air hujan atau Rainwater Harvesting. Rainwater Harvesting merupakan kegiatan mengumpulkan, menampung dan menyimpan air hujan. Rainwater Harvesting merupakan alternatif sumber air yang mudah dan sederhana sehingga cocok untuk diterapkan di daerah kepulauan. Air hujan yang dipanen dapat digunakan untuk multi tujuan seperti menyiram tanaman, mencuci, mandi dan bahkan dapat digunakan untuk memasak jika kualitas air tersebut memenuhi standar kesehatan. Selain memanfaatkan air hujan, sistem penyaringan yang diterapkan juga akan membantu menjadikan air menjadi lebih baik dan layak digunakan.
Dilihat bedasarkan implementasinya, Rainwater Harvesting ini dapat digolongkan menjadi 2 jenis. Pertama adalah Teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan (roof top Rainwater harvesting). Kedua adalah Teknik pemanenan air hujan dengan permukaan tanah (Ground Rainwater Harvesting). Teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan (roof top Rainwater Harvesting) merupakan teknik yang diterapkan pada skala individu bangunan rumah dalam suatu wilayah permukiman; sementara untuk teknik pemanenan air hujan dengan permukaan tanah (Ground Rainwater Harvesting) merupakan sistem yang skalanya menengah karena mencangkup suatu wilayah pemukiman. Biasanya teknik ini digunakan sebagai cadangan air suatu lahan pertanian atau perkebunan dalam suatu wilayah DAS ataupun subDAS.
Menurut Ferdian, salah satu warga yang berprofesi sebagai pemilik salah satu kedai kopi, saat kemarau tiba akan sangat berpotensi terjadi kekeringan. Menurutnya budaya masyarakat dalam menggunakan air saat berlimpah perlu dirubah agar lebih bijak. Selain itu ternyata ia sendiri sudah menerapkan system penyaringan air di daerah asalnya, Grobogan. Menurutnya system Rainwater Harvesting sangat tepat di terapkan karena akan sangat membantu memberikan cadangan air. Perlu adanya sinergitas antar masyarakat dan pemerintah terkait agar hal ini bisa diterapkan tambahnya.
Faktor pendukung dari terlaksananya program kerja yang sudah terlaksana adalah tanggapan masyarakat Karimunjawa yang ramah dan menerima program yang disampaikan dengan baik. Bahkan, beberapa ilmu yang disampaikan warga menjadikan program ini semakin menarik.
Penulis : Giffary Ilmawan
Prodi : Teknik Sipil 2018
Dosen KKN : Satriyo Adhy, S.Si., M.T
Lokasi KKN-T : Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah