Dukung Implementasi SDG’s, Mahasiswa KKN-T Kedaireka Universitas Diponegoro memberikan Sosialisasi Tentang Bahaya Sampah Makanan Kepada Warga Desa Karimunjawa
Permasalahan terkait sampah sudah bukan hal yang baru lagi, walaupun sampai sekarang hal ini masih menjadi tantangan yang besar untuk kita. Tantangan besar ini tidak hanya ditujukan kepada skala lokal saja, akan tetapi sudah menjadi tantangan internasional. Maka dari itu pada tahun 2015 negara anggota PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) membuat kesepakatan mengenai SDG’s (Sustainable Development Goals) guna mencapai keadaan dunia mengakhiri kemiskinan, menjaga bumi, serta memastikan bahwa semua makhluk dapat hidup dengan aman dan nyaman. SDG’s ini berisi 17 poin dengan total 169 target yang menjadi upaya lanjutan dari MDG’s (Millenium Development Goals) yang berakhir pada tahun 2015.
Salah satu poin pada SDG’s berisi mengenai perubahan iklim, yaitu pada poin 13 yang berbunyi Penanganan Perubahan Iklim. Pada poin ini terdapat banyak target salah satunya adalah mempertahankan suhu bumi untuk tidak melebihi 1,5 derajat celsius. Hal ini juga disampaikan pada COP26 di Glasgow, yang merupakan agenda tahunan untuk melihat komitmen dari tiap negara untuk menjalankan aksinya dalam menjaga suhu bumi tetap dibawah 1,5 derajat celsius. Maka dari itu, perlu diketahui apa saja yang dapat menyebabkan kenaikan suhu bumi itu sendiri, dan ternyata faktor terbesar adalah adanya jejak karbon yang tertinggal. salah satu penghasil jejak karbon yang besar adalah dari sisa makanan, dimana ini dapat mencapai 30% total jejak karbonnya. Fakta lain juga menyebutkan bahwa setiap tahunnya 0,7 ton CO2 dihasilkan setiap orangnya dari sisa makanan. Maka dari itu, hal ini harus menjadi perhatian khusus karena berawal dari hal yang dianggap sepele akan tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim sekarang sudah berubah menjadi krisis iklim, dikarenakan sudah banyak dampak yang disebabkan oleh perubahan iklim ini salah satunya adalah cuaca yang sudah tidak dapat diprediksi, serta naiknya permukaan air laut sehingga daratan lebih rendah daripada permukaan air laut itu sendiri dan menyebabkan banjir rob saat hujan.
Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang sampah makanan terbesar di dunia bersama Saudi Arabia, Amerika Serikat, dan Uni Emirate Arab. Setiap tahunnya di Indonesia, menghasilkan 300 Kg sampah makanan oleh setiap individu masyarakat. Hal ini sangat memprihatinkan bukan, dan harus sesegera mungkin dilakukan sebuah aksi dan gerakan yang masif untuk memberitahu kepada masyarakat akan hal ini, serta mengajak kepada masyarakat untuk bisa mengurangi bahkan tidak menghasilkan sampah makanan. Aksi ini dilakukan untuk mengubah pola pikir dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
Upaya untuk terus mendukung SDG’s dalam mengurangi jumlah jejak karbon dari sampah makanan ini, Muchammad Zidni Ilman seorang mahasiswa Univeritas Diponegoro melakukan sosialisasi terhadap warga di Desa Karimunjawa. Aksi ini dilakukan sebagai upaya mendukung tercapainya target dari SDG’s serta menuju bumi yang nyaman untuk ditinggali. Apalagi, sosialisasi ini dilakukan terhadap warga desa yang mungkin kurang sadar dan memperhatikan hal ini. Padahal warga Karimunjawa sebagai masyarakat pesisir yang memiliki dampak cukup besar, mulai dari cuaca yang cepat berubah mengakibatkan kegiatan budidaya terganggu, serta ancaman besar terhadap naiknya permukaan air laut. Harapannya sosialisasi yang dilakukan bisa menjadi langkah yang konkrit serta dapat meningkatkan kesadaran masyarakat atas pentingnya merubah pola hidup minim sampah, mulai dari sampah makanan dan dapat tercapainya target SDG’s guna menuju bumi yang nyaman untuk ditinggali.
Program KKN-T Individu: Muchammad Zidni Ilman / Akuakultur 2019