Minyak Jelantah Sering Dibuang, Mahasiswa KKN Undip Manfaatkan menjadi Sabun Batang
Purworejo (8/2) – Pandemi Covid-19 masih bertahan di Indonesia. Kasus infeksi varian baru, Omicron pun terus bertambah. Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan Senin (7/2/2022), ada penambahan kasus 26.121 yang terkonfirmasi positif. Universitas Diponegoro mengajak mahasiswa untuk turut membantu pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di lingkungan rumah masing-masing. KKN UNDIP Tim 1 Tahun 2021/2022 yang dilaksanakan dari tanggal 5 Januari sampai 15 Februari 2022 mengusung tema Pemberdayaan Masyarakat Menuju Pasca Pandemi Covid-19 Berbasis SDGs. Kegiatan KKN dilakukan di Desa Penungkulan RT 01 RW 01.
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah dipanaskan berulang kali. Minyak jelantah apabila dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan membahayakan tubuh karena mengandung asam lemak jenuh yang sangat tinggi sehingga berbahaya bagi tubuh, karena dapat memicu berbagai penyakit, seperti jantung koroner, stroke, meningkatnya kadar lipida utamanya kolesterol darah, hipertensi, bahkan dapat memicu terjadinya kanker. Minyak jelantah apabila dibuang langsung ke saluran air dapat mencemari air dan apabila dibuang ke tanah dapat mengganggu keseimbangan unsur hara dalam tanah. Minyak jelantah dapat dimanfaatkan sebagai sabun padat. Selain dapat mengurangi pemcemaran lingkungan, sabun yang dihasilkan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari hari seperti mencuci.
Seperti yang dilakukan oleh Sri Wahyuni, Mahasiswi Teknik Kimia Universitas Diponegoro, yang membuat sabun padat dari minyak jelantah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat RT 01/RW 01 Desa Penungkulan akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengoptimalkan limbah.
“Saya sangat mengapresiasi inisiasi Mbak Yuni dalam pembuatan sabun dari minyak jelantah ini. Sangat bagus. Harapannya nanti warga bisa meniru sehingga limbah minyak berkurang dan lingkungan menjadi bersih.” Ujar Ketua Dasa Wisma Bugenvil, Siti Maemunah.
Kegiatan edukasi pembuatan sabun padat dilakukan pada Kelompok Dasa Wisma Bugenvil Senin (17/1/2022) pukul 13.00-15.30 WIB. Edukasi dilakukan dengan memberikan paparan materi mengenai bahaya minyak jelantah dan pemanfaatan minyak jelantah dilanjutkan dengan praktek membuat sabun padat bersama. Ibu-ibu sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut terlihat dari para ibu yang penasaran cara pembuatannya dan aktif bertanya.
Mudahnya, bahan yang digunakan adalah Natrium Hidroksida (NaOH) atau dikenal dengan soda api dimasukkan ke dalam air kemudia aduk sampai larut. Ini merupakan bahan alkali (basa), material utama pembuatan sabun. Di tempat lain, minyak jelantah yang sudah disaring berperan sebagai asam lemaknya. Bahan alakli dan asam lemak dicampur, diaduk hingga mengental seperti mayonise. Proses ini disebut saponifikasi yaitu proses reaksi antara asam lemak dengan natrium hidroksida untuk menghasilkan garam asam lemak atau sabun.
Dalam edukasi ini, Sri Wahyuni menyiapkan bahan 25 gram NaOH (soda api), 90 mL air dan minyak jelantah yang sudah disaring 250 mL. Setelah mengental bisa ditambahkan pewangi kemudian di cetak. Setelah mengeras, sabun belum bisa langsung digunakan, harus menunggu sifat alkali soda apinya hilang sekitar 2 minggu.
“Cepat mengental ya? Tanpa pewarna tapi sudah bagus warnanya.” Komentar Winarti, salah satu anggota Dawis Bugenvil.
Pemanfaatan minyak jelantah juga merupakan salah satu langkah guna mencapai zero waste dan sebagai tanggung jawab terhadap apa yang kita konsumsi guna mencapai tujuan SDG nomor 12 (Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan).
Penulis: Sri Wahyuni
Editor: Dr. Ir. Wiludjeng Roessali, M.Si.