HEBOH!!! URBAN FARMING TREND BERKEBUN MASA KINI DENGAN MICROGREENS:TANAMAN KECIL BERGIZI MANFAATKAN WADAH BEKAS

Kota Semarang
(Sumber: dokumen pribadi)
SEMARANG (31/01/2022) – Urban Farming atau pertanian perkotaan dengan memanfaatkan lahan sempit, yang berkaitan dengan produksi bahan bahan pangan yang dapat dilakukangan di perkotaan. Kegiatan urban farming bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan makanan harian mandiri untuk keluarga dan juga sebagai solusi ketahanan pangan. Ketahanan pangan pada dasarnya adalah tentang ketersediaan pangan (food avaibilitas), stabilitas harga pangan (food price stability), dan keterjangkauan pangan (food accessibility).
Trend ini juga dampak dari adanya pandemic Covid-19 yang menyebabkan krisis ekonomi sehingga berpengaruh pada turunnya jumlah pangan dan nilai gizi yang dikonsumsi. Implementasi urban farming mengajak masyarakat untuk memaksimalkan lahan terbatas yang ada disekitar. Beberapa teknik yang dapat diterapkan yaitu hidroponk, vertikultur, aeroponik, microgreens, dan lain-lain.
Urban farming juga dapat memanfaatkan wadah atau barang bekas yang ada disekitar guna sebagai wadah penanaman. Pemanfaatan wadah bekas menjadi salah satu alternative dalam mengelola sampah. Selain itu juga dapat memanfaatkan sayuran sisa dengan menyisihkan bonggol sayur untuk ditanam kembali sehingga tidak ada sayuran yang terbuang.

(Sumber: dokumen pribadi)
Urban Farming metode microgreen mudah dan tidak membutuhkan lahan luas serta dapat dilakukan di dalam ruangan. Tanaman hijau yang masih kecil dan kaya nutrisi mengandung berbagai nutrisi dan vitamin yang mana kandungan nutrisi lebih tinggi dibanding tanaman dewasa (Amini et al., 2021).
Tanaman muda memiliki nutrisi yang masih padat dan belum menyebar layaknya tanaman dewasa. Microgreens dapat dipanen secara singkat 7-14 hari yang bercirikan munculnya daun sejati/daun ke tiga. Tanaman yang sering dikembangkan dengan microgreens dan dapat dikonsumsi yaitu kangkung, bayam,sawi, seledri,kemangi. Microgreens dapat ditanam di dalam ruangan dengan menggunakan cahaya diluar ruangan dan dilakukan secara organik tanpa pestisida.

Kelurahan Bugangan berlokasi di Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang didominasi dengan rumah padat penduduk dengan lahan pekarangan yang sempit dan tentunya menghasilkan sampah domestic terutama sampah anorganic. Hal inilah yang menjadi perhatian oleh mahasiswa kesehatan lingkungan, Universitas Diponegoro, Noor Indah Rivi Hapsari untuk memberikan edukasi tentang urban farming metode microgreens serta pemanfaatan kembali wadah/tempat bekas sebagai wadah penanaman microgreens dengan target warga Kelurahan Bugangan. Budidaya secara microgreens tidak membutuhkan biaya dan keahlian secara khusus karena mudah diterapkan. Penggunaan barang bekas dapat mengurangi sampah anorganik pada skala rumah tangga. Melalui sosialisasi yang diberikan mahasiswa KKN TIM I Undip diharapkan para warga mampu memanfaatkan lahan sempit yang dimiliki untuk menghasilkan sayuran pangan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga di tengah pandemi COVID-19.Program ini dilakukan secara offline. Edukasi dibantu dan didampingi oleh pihak Dinas Pertanian Kota Semarang.
Penulis : Noor Indah Rivi Hapsari (Fakultas Kesehatan masyarakat – S1 Kesehatan masyarakat/Kesehatan Lingkungan)
DPL : Agus Naryoso., S.Sos., M.Si.,