Mahasiswa KKN UNDIP Berikan Solusi Penanganan Limbah Kotoran Kambing
Purworejo (24/01/2022), Sebagian besar warga Desa Sendangsari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo memiliki mata pencaharian sebagai petani maupun peternak. Macam-macam ternak yang dipelihara warga diantaranya ayam kampung, bebek, enthok, kambing, domba, kerbau dan babi. Diantara hewan ternak tersebut, kebanyakan peternak memilih untuk memelihara ayam kampung dan kambing karena dianggap mudah dalam perawatannya.
Setiap harinya, kambing dewasa dapat mengeluarkan kotoran sebanyak 0,5-1 kg/ekor atau 15-30 kg/bulan/ekor. Jumlah tersebut belum dikalikan dengan populasi kambing milik warga yang dapat mencapai 3-10 ekor. Banyaknya limbah kotoran yang dihasilkan belum diimbangi dengan pengetahuan warga dalam memanfaatkan kotoran kambing. Hal tersebut dapat menimbulkan pencemaran bau lantaran lokasi kandang kambing biasanya berdampingan dengan rumah peternak.
Sebenarnya, kotoran kambing dapat dimanfaatkan menjadi pupuk karena memiliki kandungan hara (nitrogen, fosfor, kalium) yang diperlukan bagi kelangsungan hidup tanaman. Selain dapat mengurangi bau, pupuk organik dari kotoran kambing mampu menggemburkan tanah dan menyuburkan tanaman. Namun, kotoran kambing yang masih segar memiliki sifat panas dari NH3 (ammonia), sehingga dapat mengakibatkan tanaman terbakar, layu bahkan mati apabila diberikan secara langsung ke tanaman. Oleh sebab itu, kotoran kambing perlu diolah terlebih dahulu dengan cara difermentasi yang bertujuan untuk menguraikan kotoran kambing sehingga aman ketika diberikan ke tanaman.
Mengetahui kondisi tersebut, membuat salah satu mahasiswa TIM I KKN UNDIP 2021/2022 dari Program Studi S1-Peternakan yang bernama Tiara Ayu Ningtyas turun tangan dengan melakukan sosialisasi pembuatan pupuk organik dari kotoran kambing. Sasaran kegiatan yaitu warga desa khususnya peternak kambing yang berlokasi di Desa Sendangsari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara door to door dengan menggunakan media poster. Penggunaan poster berfungsi untuk memudahkan peternak dalam menerima penjelasan saat kegiatan sosialisasi berlangsung. Selain poster, peternak juga diberikan video pembuatan pupuk organik dari kotoran kambing. Video tersebut dibagikan ke grup whatsapp sehingga peternak dapat mengetahui proses pembuatan pupuk organik dari kotoran kambing secara detail.
Cara pembuatan pupuk organik dari kotoran kambing tergolong mudah yaitu dengan menyemprotkan cairan yang terdiri dari 5 liter air, 2 tutup botol EM4 dan 100 g gula pasir/gula jawa/tetes tebu/molasses ke 100 kg kotoran kambing. Lalu, kotoran kambing dimasukkan ke dalam karung dan diletakkan di tempat yang teduh. Setiap 2 minggu sekali, dilakukan pengecekan kelembaban kotoran kambing. Apabila terlihat kering, kotoran kambing akan disemprotkan cairan dengan takaran yang sama. Pupuk dapat digunakan ketika sudah difermentasikan selama 2 bulan dan sebelum digunakan, sebaiknya pupuk diangin-anginkan terlebih dahulu atau dijemur.
Kegiatan sosialisasi dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh respon positif dari peternak. Beberapa peternak juga tidak ragu untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Munculnya pertanyaan-pertanyaan dari peternak menimbulkan semangat dari mahasiswa KKN untuk memaparkan program dengan jelas dan lengkap. Harapan dari adanya kegiatan sosialisasi ini yaitu peternak kambing di Desa Sendangsari terdorong untuk mengolah kotoran kambing menjadi pupuk organik.
Penulis : Tiara Ayu Ningtyas, S1-Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
DPL : Dr. Ir. Wiludjeng Roessali, M.Si.
Lokasi : Desa Sendangsari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo