Peringati Hari Kelahiran Gus Dur, Mahasiswa KKN Mengajak Santri untuk Mengembangkan Sikap Toleransi ala Gus Dur
K.H Abdurahman Wahid atau kerap dipanggil Gus Dur tidak dapat dipungkiri pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Lelucon, bercandaan, dan setilannya masih tergiang di kalangan kaum nahdhiyin. Bukan hanya leluconya saja, petuah dan semangat toleransinya masih menjadi inspirasi dan petuah bagi masyarakat agar hidup rukun antar agama, suku, rasa, atau golongan.
Semangat itulah yang ingin dikembangkan oleh mahasiswa KKN, Amin Rusfandi jurusan Psikologi kepada santri-santri Pondok Pesantren Darul Hikmah Desa Lanji Kecamatan Patebon pada tanggal 5 Agustus 2017. Santri sempat kebinggungan ketika narasumber (Amin Rusfandi -red) menyampaikan kegiatan ini untuk memperingati hari lahir Gus Dur tanggal 4 Agustus 2017, karena tanggal lahir yang disampaikan oleh narasumber tidak sesuai dengan biodata yang ditampilkan melalui power point. Dituliskan jika Gus Dur lahir di Jombang 7 September 1940, namun narasumber bercerita jika ibunya Gus Dur mencatat dan mendaftarkan kelahiran Gus Dur lahir tanggal 4 bulan 8. Oleh sebagian orang mengira jika Gus Dur lahir di tanggal 4 bulan 8 masehi, namun oleh keluarga Gus Dur menyakini jika tanggal 4 bulan 8 itu berdasarkan penanggalan hijrahiah.
Pada kesempatan kali ini narasumber menjelaskan kiat-kiat bagaimana cara agar mengembangkan sikap toleransi. Pengembangan sikap ini perlu karena tidak dapat dipungkiri bahaya radikalisme dan perpecahan masyarakat tengah melanda di Indonesia. “Saya rasa perlu santri-santri ini diajak untuk menumbuhkan jiwa toleransi dengan melakukan refleksi kepada K.H Abdurahman Wahid karena sosok beliau merupakan guru yang dapat menjawab permasalahan negeri saat ini” tutur Amin Rusfandi. “Selain itu tidak dapat dipungkiri remaja merupakan sasaran empuk kaum radikal untuk merekrut masuk dalam kelompoknya, tidak heran karena remaja memiliki jiwa semangat kaingintahuan yang sangat tinggi dan emosi yang belum stabil” tambah dia
Kegiatan ini ditutup dengan santri menuliskan cita-cita yang ingin diharapkannya kelak. Setelah mereka menuliskan cita-cita yang mereka harapkan, narasumber membacakan tiap cita-cita dari para santri. Santri juga diajak berpikir oleh narasumber terkait apa saja yang perlu dipersiapkan oleh santri untuk menggapai cita-citanya.
Kegiatan ini mendapat respon yang sangat positif dari pihak pengasuh Pondok Pesantren. Maulana Rossi selaku perwakilan pengasuh menuturkan kegiatan ini sangat positif dan berguna bagi santri. “kegiatannya bagus, bisa mengajak santri untuk membuka wawasannya secara luas, serta bisa juga menjadi refreshing bagi santri” tutur Rossi.