Tuntaskan Masalah Gizi pada Anak, Mahasiswa KKN UNDIP Ajarkan para Ibu untuk Memenuhi Kebutuhan Gizi Anak Sejak dalam Kandungan serta Mengenali Masalah Gizi yang Kerap Terjadi
Banjarnegara (08/02) – Seribu hari pertama kehidupan merupakan momentum kritis yang akan menentukan kualitas generasi masa depan suatu bangsa. Seribu hari terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan. Periode ini disebut periode emas (golden period), didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain. Sehingga apabila tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen.
Asupan makanan selama 1000 HPK memberi konsekuensi kesehatan untuk masa depan agar anak tumbuh sehat dan cerdas maka gizi sejak anak dini harus terpenuhi dengan tepat dan optimal. Status gizi pada 1000 HPK akan berpengaruh terhadap kualitas kesehatan, intelektual, dan produktivitas pada masa yang akan datang.
Anak yang mengalami kekurangan gizi pada masa 1000 HPK akan mengalami masalah neurologis, penurunan kemampuan belajar, peningkatan risiko drop out dari sekolah, penurunan produktivitas dan kemampuan bekerja, penurunan pendapatan, penurunan kemampuan menyediakan makananan yang bergizi dan penurunan kemampuan mengasuh anak. Selanjutnya akan menghasilkan penularan kurang gizi dan kemiskinan pada generasi selanjutnya.
“Di desa Pucang hingga saat ini, memang masih ada anak yang mengalami masalah gizi. Yang biasa terjadi itu masalah gizi kurang dan gizi lebih” ucap Ibu Veta selaku bidan desa Pucang.
Berkenaan dengan hal tersebut, disusun program sosialisasi pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi pada 1000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan) dan sosialisasi masalah gizi balita.
Sosialisasi dilakukan kepada ibu hamil dan ibu yang memiliki balita atau pengasuhnya. Kegiatan ini dilaksanakan di pelataran masjid setempat. Para ibu dibentuk menjadi kelompok kecil dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Penjelasan materi menggunakan media leaflet yang di desain menarik dengan animasi gambar serta isi materi yang dibuat singkat dan dengan bahasa yang mudah dipahami. Setelah penjelasan materi, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab dari ibu dengan mahasiswa. Leaflet yang digunakan juga dibagikan kepada para ibu.
“Sosialisasinya sangat bermanfaat dan informatif. Mbak mahasiswa juga menerangkan materinya dengan jelas dan mudah dimengerti” ucap Ibu Rusminah, salah satu ibu balita.
Melalui dua program sosialisasi tersebut, diharapkan para ibu memahami pentingnya pemenuhan gizi pada masa 1000 HPK dan masalah gizi yang terjadi pada balita sehingga kedepannya tidak ada lagi masalah gizi yang terjadi di desa Pucang.
Penulis : Nabila Arianti Nurcahyaningtyas
Editor : Hendrik A.S.