Mahasiswi KKN Undip Survei Kinerja UMKM di Masa Pandemi COVID-19 di Desa Kupang Sari RW 09

Ambarawa (10/2) – Pandemi COVID-19 berimbas besar pada kelangsungan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia khususnya di Desa Kupang Sari. Jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,19 juta, dengan komposisi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) sangat dominan yakni 64,13 juta (99,92%) dari keseluruhan sektor usaha. Berdasarkan hasil survei Kadata Insight Center (KIC)  kondisi UMKM sebelum COVID dialami cukup baik oleh hampir seluruh pelaku usaha. Namun, saat terjadi COVID keadaan berbalik. 56,8% UMKM berada dalam kondisi buruk, hanya 14,1% UMKM yang masih berada dalam kondisi baik. Bahkan sampai menyebabkan 63,9% dari UMKM yang terdampak mengalami penurunan omzet lebih dari 30%. Hanya 3,8% UMKM yang mengalami peningkatan omzet. Survei KIC tersebut juga menunjukkan para UMKM melakukan sejumlah upaya untuk mempertahankan kondisi usahanya, seperti menurunkan produksi barang/jasa, mengurangi jumlah/jam kerja karyawan serta jumlah saluran penjualan/pemasaran.

UMKM di Desa Kupang Sari ikut terdampak akibat pandemi COVID-19, oleh karena itu mahasiswi KKN Undip melakukan survei ke beberapa tempat dengan tujuan untuk merealisasikan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang sudah ditetapkan, pada tujuan poin delapan (Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak).  

Proses Pembuatan Telur Asin

Salah satu usaha yang dijalankan yaitu pembuatan telur asin dan intip. Sebelum pandemi usaha telur asin dan intip milik Bapak Bowo berkembang sangat pesat dan dapat mempekerjakan kurang lebih 3 karyawan. Namun, setelah terjadi pandemi COVID-19 usaha Bapak Bowo mengalami penurunan sehingga dengan terpaksa Bapak Bowo mengurangi jumlah karyawan menjadi satu karyawan saja yang di pekerjakan. Untuk saat ini, telur asin di produksi 2-3 hari sekali dan itu mencapai 500-1000 butir telur bebek sekali produksi. Biasanya telur asin ini di setorkan ke beberapa tempat warung makan. Selain di setorkan ke beberapa tempat warung makan, ada juga beberapa distributor yang datang mengambil telur asin untuk dijual ke pedagang lain atau konsumen langsung. Produsen memberi harga satu butir telur asin adalah Rp2.000,00.

Proses Pembuatan Intip

Selain telur asin ada juga intip yang di produksi. Intip merupakan makanan tradisional masyarakat yang banyak di jumpai. Berasal dari kerak nasi jika menanak nasi dengan menggunakan kendil atau panci penanak nasi dan sumber apinya dari kayu, berwujud agak keras dan di dasarnya berwarna hitam karena menerima panas berlebih. Intip nasi terbentuk terbentuk karena beras yang di masak untuk diolah menjadi nasi mendapat panas dari dinding kendil/panci. Untuk intip sendiri diproduksi setiap hari dan kapasitas intip kurang lebih satu kali proses produksi adalah 20 kg, kemudian dijual melalui distributor dengan harga Rp.20.000,00 per kg.

Proses Pembuatan Tahu Bakso

Tidak semua usaha di Desa Kupang Sari mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19, ada juga yang mengalami peningkatan seperti usaha yang di rintis oleh Ibu Tumini. Usaha yang dijalankan yaitu pabrik tahu bakso. Dulu sebelum pandemi, Ibu Tumini hanya berdua dengan kakaknya memproduksi 1000 – 1500 tahu bakso per harinya. Setelah adanya pendemi, Ibu Tumini dapat mempekerjakan 3 orang karyawan dan setiap hari dapat memproduksi 3.000 – 4000 tahu bakso. Kemudian tahu bakso dijual ke pasar-pasar, satu pack isi 10 pcs dengan harga Rp7.000,00. Jadi satu biji tahu bakso harganya Rp700,00. Omzet setiap harinya bisa mencapai Rp2.100.000,00 – Rp2.800.000,00.

Penulis : Aprilia Widiyanti

DPL : Ojo Kurdi, S.T., M.T., Ph.D