KKN Undip Gelar Kelas Interaktif Kenalkan Bahasa dan Budaya Jepang melalui Shodo dan Origami

Pesantren, Kabupaten Temanggung (31/01) Pempelajaran Tatap Muka (PTM) telah diberlakukan mulai semester ini untuk TK-SMA. Setelah sekitar dua tahun lamanya pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tidak dapat dipungkiri dampak PJJ membuat aktivitas siswa berkurang karena terbatasnya pertemuan dengan guru dan teman-temannya. Oleh karena itu, salah satu mahasiswa KKN UNDIP yang berada di Desa Pesantren, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung berinisiatif mengadakan kelas interaktif pengenalan bahasa dan budaya Jepang.Diharapkan dengan adanya kelas interaktif dapat meningkatkan wawasan siswa terhadap bahasa asing salah satunya bahasa Jepang. Serta memberikan kegiatan yang menarik bagi siswa setelah beberap tahun menghadapi pandemic dan sekolah daring.
Kelas interaktif dilaksanakan bersama anak kelas 3 SD N 1 Pesantren yang berjumlah 15 anak, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Kegiatan pertama sebagai perkenalan siswa diajari bagaimana cara memperkenalkan diri menggunakan bahasa Jepang, setelah itu baru di paparkan tentang, macam-macam huruf jepang, shodo,origami dengan Power Point. Shodo adalah seni kaligrafi hurug Jepang sedangkan origami adalah seni melipat kertas dari Jepang.

Kelas berlangsung aktif, siswa banyak yang antusias menjawab quiz selama presentasi, tidak lupa siswa yang menjawab dengan benar mendapat apresiasi berupa hadiah. Selain itu banyak siswa yang aktif bertanya tentang bahasa jepang, misalnya seperti Naila yang bertanya “Kak, bagaimana cara menulis nama saya pakai katakana?” atau Fano yang bertanya “Kak kanji itu kenapa mirip dengan huruf cina?” . Selama kegiatan berlangsung, wali kelas 3 yaitu Bapak Heri turut aktif berpartisipasi dan membantu mahasiswa KKN.

Setelah mendapatkan penjelasan shodo , huruf jepang dan origami dasar, kegiatan dilanjutkan dengan mempraktikkan membuat 3 bentuk origami (love, bangau dan kelinci). Dilanjutkan dengan praktik menulis shodo dengan menggunakan kertas dan kuas. Semua siswa mengikuti kelas dengan semangat dan tekun, meskipun wajar ada beberapa yang butuh bantuan dan bertanya kepada mahaisswa. Selanjutnya shodo ditempelkan pada bingkai agar bisa menjadi hiasan di rumah.

Penulis : Lukluk Rahmadhani Zulaikho
DPL : Setya Budi Muhammad Abduh, S.Pt., M.Sc., Ph.D