PANDEMI BIKIN MASYARAKAT SKEPTIS DI RUANG PUBLIK, MAHASISWA KKN UNDIP RANCANG ADAPTASI RTH PUBLIK PASCA COVID-19
AMBARAWA (11/02/2022) – Pandemi COVID-19 yang sampai sekarang masih berlangsung menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat khususnya di Kelurahan Kranggan. COVID-19 sendiri telah membatasi aktivitas masyarakat sehari-hari, terutama untuk akses ke fasilitas publik. Masyarakat enggan untuk beraktivitas, khususnya pada RTH-RTH yang ada, dikarenakan ketakutannya akan tertular covid-19. Lantas bagaimana merancang kembali ruang publik agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk berkumpul secara sosial namun tetap memperhatikan anjuran pemerintah mengenai pembatasan sosial (sosial distancing) dan pencegahan penyakit menular?
Menanggapi hal tersebut, KKN Undip Tim 1 melakukan program perancangan Desain 3D Adaptasi Ruang Terbuka Hijau Pasca Covid-19. Kelurahan Kranggan sendiri belum menyelesaikan pembangunan RTH yang ada di depan Kantor Kelurahan, harapannya, desain ini nantinya dapat menjadi masukan dalam penyediaan RTH tersebut.
Berdasarkan ruang lingkup penyebab utama penyebaran virus pandemi covid-19 adalah berkumpulnya sejumlah masyarakat di ruang publik, untuk itu berdasarkan kehidupan sosial yang baru pasca covid-19, dalam perencanaan dan perancangan ruang terbuka hijau perlu memasukkan unsur, yang mengadopsi anjuran Pemerintah yaitu jaga jarak, cuci tangan dengan sabun dan pakai masker: jaga jarak, cuci tangan adalah unsur yang berhubungan dengan disain, sementara pakai masker adalah unsur umum. Dari dua unsur: (1) Jaga jarak dan (2) cuci tangan akan menghasilkan disain yang lebih spesifik sebuah rancangan taman kelurahan untuk Kelurahan Kranggan. Berikut merupakan hasil dari perancangan Desain 3D Adaptasi Ruang Terbuka Hijau Pasca Covid-19 :
Pada desain adaptasi ruang terbuka hijau, yakni taman kelurahan untuk Kelurahan Kranggan, bangku taman dirancang memiliki panjang 4 meter yang kapasitasnya dapat disesuaikan dengan anjuran pembatasan sosial sesuai dengan level PPKM yang berlaku di wilayah Kelurahan Kranggan. Setiap bangku taman di rancang memiliki jarak 4-6 meter, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi penyebaran covid-19 melalui sentuhan.
Selain itu, bangku taman merupakan elemen yang sering disentuh oleh pengunjung dalam beraktivitas di ruang terbuka hijau publik. Penggunaan material batu dalam perancangan dikarenakan batu merupakan material yang dapat menyimpan panas lebih lama, sehingga akan lebih mudah mematikan virus apabila di terik matahari.
Kemudian, dalam perencanaan dan perancangan softscape sangat perlu untuk mempertimbangkan jenis tumbuhan yang tepat sehingga tidak menimbulkan suasana yang lembab, yang sangat berisiko terhadap pengguna/pengunjung karena dengan suasana tersebut virus dapat bertahan cukup lama, dari kombinasi tanaman peneduh/pelindung, semak dan penutup tanah dapat dikombinasikan dalam kawasan sehingga matahari masih dapat menyinari dengan sangat baik sehingga virus tidak bertahan lama. (Purwono, 2020).
Penempatan wastafel di ruang publik dilakukan untuk mencegah penyebaran virus covid 19 dan edukasi cuci tangan bagi masyarakat. Dengan disediakannya wastafel ini masyarakat dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan jalan mencuci tangan dengan baik dan benar Penempatan wastafel yang terbaik adalah sebelum pengguna/pengunjung masuk ke dalam kawasan, sehingga paling tidak meminimalisasi penyebaran.
Pada desain adaptasi ruang terbuka hijau, penerapan perancangan vertical garden dimaksudkan agar memaksimalkan penggunaan lahan yang ada (efisiensi desain). Selain itu, tanaman yang ada pada vertical garden dapat menjadi filtrator biologis dalam menyaring udara dengan lebih baik untuk meminimalisir penyebaran virus covid 19 dari udara.
Vertikal Garden merupakan sebuah teknologi yang mampu mengurangi efek polusi udara, menurunkan temperatur ruang secara langsung, dimana dapat menjadi sebuah srtategi terbaru dalam mengurangi efek dari fenomena urban heat island. “The Vertical Garden allows man to re-create a living system very similar to natural environments. It‟s a way to add nature to places where man once removed it”. (Blanc, 2008). Vertical garden merupakan cara dan sistem untuk menumbuhkan tanaman secara vertical. (Ghoustanjiwani et all, 2011)
Selain itu, dalam perancangan tersebut menggunakan Teknologi CityTree, Teknologi CityTree merupakan pengembangan konsep perancangan dari vertical garden, CityTree sendiri dikembangkan oleh Green City Solutions di Jerman, merupakan filter udara biologis cerdas pertama di dunia. CityTree bekerja dengan memanfaatkan lumut khusus yang diintalasi pada alat dengan ukuran 4 x 3 meter sebagai environment control bagi lumut untuk dapat tumbuh dalam kondisi apapun. Hal ini guna menciptakan lingkungan untuk tumbuhan lumut yang dibudidayakan khusus agar tumbuh subur dalam kondisi perkotaan.
Melalui program Desain 3D Adaptasi Ruang Terbuka Hijau Pasca Covid-19 ini diharapkan nantinya fungsi ruang publik berupa RTH tanggap covid sesuai dengan anjuran pemerintah mengenai pembatasan sosial (sosial distancing) dan pencegahan penyakit menular.
Daftar Pustaka :
Rudi Purwono, Rudi. “Kajian Adaptasi Disain Arsitektur Setelah Masa Pandemi Covid-19.” ADAPTASI DISAIN ARSITEKTUR DAN ARSITEKTUR LANSKAP DENGAN ADANYA KEHIDUPAN SOSIAL BARU SETELAH PANDEMI COVID-19 (2021).
Ghoustanjiwani, A. P., Rio Kusmara, and Wahyu Yanuar. “Teknologi Vertical Garden: Sustainable Design atau Hanya Sebuah Trend dalam Urban Life Style.” (2011): 2.
Penulis : Natalia Tampubolon
DPL : Ojo Kurdi, S.T., M.T., Ph.D
Lokasi : Kelurahan Kranggan, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.