Mengurangi Masalah Sampah di Dusun Tuksongo, Mahasiswa KKN UNDIP 2021/2022 Membuat Bank Sampah Sederhana
Temanggung (19/01) – Permasalahan sampah memang tidak ada habisnya, entah itu di kota maupun di desa. Dengan fasilitas terbatas, di desa sendiri pengolahan sampah masih seperti zaman dahulu, dibuang begitu saja tanpa ada pemilahan. Ini menimbulkan polusi dan pencemaran di titik-titik tempat sampah itu dibuang atau dibakar, belum lagi masalah kebersihan dan kesehatan yang timbul dari sampah-sampah tersebut.
Yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana sampah organik dan sampah anorganik dijadikan 1 tempat begitu saja, dan dibuang di tempat yang sama. Padahal, dari jenisnya saja, dapat diketahui bagaimana yang satu cepat busuk sedangkan yang lain tidak. Sampah organik ini apabila tidak langsung ditangani, maka akan menimbulkan bau busuk dan mengundang hewan-hewan hama untuk datang. Hewan-hewan ini membawa banyak penyakit, sehingga sangat perlu untuk sampah organik memiliki tempat khusus dalam mengolahnya.
Begitu pula dengan sampah anorganik, yang sebaiknya dipisah-pisah sesuai dengan jenisnya sebelum dibuang atau dimanfaatkan lebih lanjut. Sebagai contoh adalah negara Jepang, dimana sudah sangat maju dalam sistem pengolahan sampah. Disana, sampah dipisah menjadi beragam jenis, seperti sampah daur ulang, sampah yang bisa dibakar, sampah yang tidak bisa dibakar, dan lain-lain.
Berkaca dari hal tersebut, mahasiswa KKN UNDIP 2021/2022 terdorong memperkenalkan dan membiasakan masyarakat di RT.01 dusun Tuksongo untuk dapat melakukan pemilahan sampah sesuai dengan apa yang telah dilakukan di Jepang. Yang membedakan adalah bagaimana sampah organik dipisahkan menjadi jenis sampah sendiri, dan tidak menjadi bagian dari sampah yang bisa dibakar seperti di Jepang.

Kegiatan ini dimulai dengan diskusi bersama ibu-ibu pengurus dawis di RT.01 dusun Tuksongo, yang merupakan target peserta. Beliau-beliau mengatakan bahwa mereka tertarik untu mencoba mengolah sampah sesuai jenisnya, sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Hal ini kemudian memantapkan mahasiswa dalam mencari materi yang akan diberikan pada ibu-ibu peserta, diambil dari booklet pemilahan sampah pemerintah Shibuya, Tokyo yang tersedia di internet.

Setelah mengadakan sosialisasi, mahasiswa kemudian secara rutin mengambil sampah ke rumah ibu-ibu peserta program sesuai dengan jenis dan jadwal yang telah ditentukan. Pada minggu pertama (21/01-25/01) penerapan pengambilan ini, terlihat bahwa ibu-ibu belum terbiasa dan terdapat kesalahan dalam mengikuti jadwa maupun pemilahan sampah. Namun kemudian pada minggu kedua (27/01-31/01) dan ketiga (07/02), para peserta mulai terbiasa dengan jadwal dan pemilahan sampah yang diberikan.


Sampah-sampah itu kemudian dikumpulkan dan diolah di bank sampah sederhana yang mahasiswa KKN UNDIP 2021/2022 dirikan di rumah. Sampah organik kemudian diolah dan dipotong kecil-kecil untuk selanjutnya dijadikan pupuk kompos dalam komposter sederhana, yang kemudian diharapkan bisa dibagikan kepada ibu-ibu peserta program bank sampah apabila jumlahnya mencukupi. Hasil kompos ini bisa didapat setelah kurang lebih 2 bulan dalam bentuk kompos kering, dan 1 bulan dalam bentuk kompos cair.


Untuk sampah anorganik, akan dikumpulkan terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pendataan dan pemilahan lebih lanjut setiap 1 minggu sekali. Pemilahan lebih lanjut ini berguna untuk mengetahui sampah mana yang masih layak dimanfaatkan dan mana yang langsung dibuang. Pada rencana awal program berjalan, sampah-sampah yang masih layak untuk dimanfaatkan itu akan dijual pada pengepul di akhir masa program bank sampah berlangsung, dan apabila jumlah yang didapat mencukupi akan digunakan untuk membuat komposter bagi peserta program. Namun, pada minggu pertama program, setelah sampah dipilah dan disusun rapi di bank sampah, keesokan harinya sampah itu hilang.

Sehingga, setelah diskusi dengan ibu-ibu dawis peserta program bank sampah, diambil keputusan untuk biar saja sampah-sampah itu diserahkan kepada pemulung yang lebih membutuhkan. Bisa dibilang ini merupakan satu bentuk sedekah bagi beliau, yang hingga kini program bank sampah ini berakhir, masih belum diketahui siapa identitasnya.
Program ini berakhir dengan respon peserta yang berharap bahwa bank sampah ini dapat terus berjalan, baik itu dikelola mahasiswa atau pihak RT yang lebih besar. Sayangnya, karena keterbatasan tempat, maka untuk saat ini program bank sampah tidak bisa diteruskan lebih lanjut. Namun, peserta mengaku senang dapat belajar bagaimana mengelola sampah seperti orang Jepang, dan berharap bisa semakin terbiasa dalam memilah sampah agar tidak mencemari lingkungan.
Penulis: Tiara Desi Kintansari
DPL : Dr. Sunarno., S.Si., M.Si