Kurangi Timbulan Limbah Masker, Mahasiswa UNDIP Berikan Edukasi Pembuatan Ecobrick di SD N 02 Kalipancur
Semarang, (11/02/2022) Virus Covid-19 saat ini masih melekat di kehidupan masyarakat Indonesia bahkan Dunia. Ditambah dengan adanya varian baru, virus Omicron. Menurut World Organization Health (WHO), grafik persebaran virus Covid-19 di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup drastis di bulan Februari. Kota Semarang dilaporkan sebanyak 30.355 orang terkonfirmasi positif Covid-19 per tanggal 10 Februari 2022 melalui data siagacorona.semarangkota.go.id. Dengan adanya pandemi Covid-19 yang masih menjadi trend saat ini, diharapkan masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan sebagai pencegahan persebaran virus Covid-19.
Salah satu penerapan protokol kesehatan adalah menggunakan masker, baik masker kain maupun masker sekali pakai. Hal ini dapat menjadikan limbah masker yang terus dihasilkan menyebabkan penumpukkan timbulan sampah yang berdampak mencemari dan merusak lingkungan hingga menimbulkan masalah kesehatan apabila limbah masker tersebut tidak dikelola dan ditangani dengan baik. Perlu adanya penanganan khusus untuk mencegah penumpukkan limbah tersebut, masker juga mengandung bahan plastik polypropylene (PP) yang berarti sukar terurai.
Ecobrick adalah suatu terobosan yang diambil oleh Mahasiswi KKN UNDIP Tim I 2022 untuk mengatasi masalah tersebut melalui edukasi pembuatan ecobric dengan memanfaatkan limbah medis masker sekali pakai. Ecobrick berasal dari kata “ecology” yang artinya lingkungan dan “brick” yang artinya bata. Jika disimpulkan ecobrick adalah batu bata ramah lingkungan. Ecobrick dapat dibuat dari botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali.
Ecobrick merupakan solusi untuk pengurangan limbah masker bagi individu dan masyarakat. Manfaat ecobrick biasanya untuk membuat furnitur modular, perabotan indoor, ruang kebun, ruang hijau, dinding struktur dan bangunan. Dengan ecobrick, limbah masker sekali pakai ini akan tersimpan dan terjaga di dalam botol sehingga tidak perlu dibakar dan tertimbun di TPA. Ecobrick menjaga bahan plastik tersebut melepaskan CO2 yang pada akhirnya akan menyumbang pemanasan global.
Cara pembuatan ecobrick sangatlah sederhana dan mudah, dengan menyiapkan botol plastik bekas yang bersih lalu kumpulkan masker bekas di cuci dengan larutan klorin/pemutih dan di jemur. Bekas masker harus kering dan bersih. Setelah itu dimasukkan ke dalam botol yang sudah bersih, dipadatkan dengan menggunakan tongkat kayu untuk mendorong potongan masker kedalam botol hingga padat. Padat standar ecobrick 200 gram hinga 500 gram tergantung jenis botolnya.
Kegiatan edukasi dilakukan dengan penjelasan dan cara pembuatan ecobrick serta memberikan contoh produk ecobrick di SD N 02 Kalipancur. Masih banyak dari siswa-siswi SD N 02 Kalipancur yang belum mengetahui tentang ecobrick. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan menumbuhkan perilaku sejak dini untuk siswa-siswi SD N 02 Kalipancur dapat mengurangi adanya timbulan sampah masker di masa Pandemi Covid-19 saat ini.
Penulis : Ifun Kuroima (Kesehatan Masyarakat/FKM Universitas Diponegoro)
DPL : Sukiswo, S.T, M.T
Lokasi : Kelurahan Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang
Referensi : https://zerowaste.id/manajemensampah/ecobricks/