SENYUMAN MANIS IBU-IBU BULUGEDE
Bulugede, Patebon, Kendal – Minggu (6/8). Tangan Semi bergerak cekatan memunguti padi yang telah dipotong. Cucuran keringat membasahi wajahnya, dan terik mentari begitu terasa menyengat membakar kulitnya. Tetapi, semuanya ini tidak mampu menutupi rasa gembiranya, karena sawahnya sudah panen dan segera menghasilkan gabah.
Senyum hangat para ibu-ibu terpancar ketika mereka melihat sawah mereka yang berada disepanjang jalan di Desa Bulugede yang sudah terlihat kekuningan karena padi-padi yang awalnya berwarna hijau sekarang sudah mulai menguning. Dimulai dengan hari ini para petani di Desa Bulugede mulai memanen padi mereka.
Mayoritas pekerjaan yang dimiliki warga Desa Bulugede adalah sebagai Petani dan pada bulan ini sebagian dari mereka menanam padi. Cara menanam para petani ini masih terbilang tradisional yakni dengan sistem tabela (tanam benih langsung) baik dengan di caplak maupun dengan di hambur dan ada sebagian kecil yang menggunakan sistem lama yaitu menanam benih yang sudah di semai terlebih dahulu (nandur).
Para petani ini sangat berharap pada panen kali ini karena kegagalan panen tembakau sebelumnya. Berbagai macam upaya telah dilakukan petani, termasuk mencari hari baik untuk mulai menanam. Pestisida yang dulu sangat manjur kini seolah sudah tak berkhasiat lagi menurut mereka. Sebagian petani juga menyalahkan cuaca dan musim yang telah berubah.
Permasalahan tidak berhenti disini saja, karena dibalik senyum manis mereka ada kekhawatiran akan harga gabah yang menjadi persoalan utama. Hal ini dikarenakan adanya tengkulak yang menguasai harga gabah di Desa Bulugede ini. Mereka juga mengeluh akan harga gabah kering yang hanya dihargai sekitar Rp 4000,- perkilonya sedangkan beras harga pasar yang sampai sekitar Rp 11.000,- perkilonya. Perbedaan inilah yang meresahkan warga karena tengkulak yang menikmati keuntungannya. Sehingga dengan melihat kondisi ini, petani berharap Pemerintah untuk turun langsung ke petani untuk membereskan para tengkulak.