Maraknya Konsumsi Jajanan Sembarangan, Mahasiswa Undip Melakukan Sosialisasi Mengenai Penyakit Degeneratif

Sosialisasi Penyakit Degeneratif. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kendal (28/01/2022) – Kuliah Kerja Nyata Tim 1 Universitas Diponegoro 2021/2022 dilakukan pada tanggal 5 Januari hingga 15 Februari 2022 dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat Menuju Pasca Pandemi COVID-19 Berbasis SDGs”. KKN kali ini dilakukan secara mandiri di domisili masing-masing mahasiswa. Dua dari empat program kerja yang diajukan berupa program mandiri sesuai dengan jurusan dan bidang keahlian yang kini ditempuh mahasiswa. Salah satu program yang dijalankan adalah program Komunikasi Informasi dan Edukasi Gizi mengenai penyakit degeneratif pada pralansia. Edukasi ini diberikan untuk memberikan pengetahuan bagi pralansia mengenai penyakit degeneratif, risiko dan komplikasinya sehingga pralansia tersebut dapat mengontrol pola makannya.

Penyakit degeneratif menjadi salah satu permasalahan Kesehatan yang semakin meningkat. Menurut World Health Organization (WHO), 60% dari total kesakitan dan 73% kematian di dunia merupakan akibat dari penyakit degeneratif. Kelompok pralansia dan lansia merupakan salah satu kelompok risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Usia menjadi salah satu faktor risiko yang sangat mempengaruhi kejadian penyakit degeneratif. Hal ini dapat terjadi karena seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi tubuh yang berimbas pada menurunnya kondisi Kesehatan seseorang.

Beberapa waktu ke belakang, terjadi perkembangan yang cukup pesat pada sektor industri makanan. Makanan jajanan semakin bervariasi dan memiliki tampilan yang menggugah selera semua kalangan usia, tak terkecuali kalangan pralansia dan lansia. Berdasarkan data Riskesdas RI tahun 2018, prevalensi konsumsi makanan berisiko lebih dari 1 kali per hari di Indonesia cukup tinggi. Sebanyak 32,72% kelompok pralansia dan lansia mengonsumsi makanan manis, 27,48% mengonsumsi makanan asin, 40,62% mengonsumsi makanan berlemak, serta 75,42% mengonsumsi makanan yang mengandung penyedap rasa lebih dari 1 kali per hari. Pola konsumsi tinggi gula, lemak dan natrium seperti inilah menjadi salah satu faktor risiko tertinggi bagi pralansia dan lansia terhadap penyakit degeneratif selain usia.

Berdasarkan fakta dan data diatas, maka disusunlah program edukasi gizi dan penyakit degeneratif pada kelompok pralansia dan lansia dengan maksud memberikan pengetahuan bagi kelompok tersebut sehingga mereka dapat mengendalikan pola makannya dan menurunkan risiko penyakit degeneratif. Program ini dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2022 dengan sasaran ibu-ibu pralansia warga RT 08 RW 02 Selokaton, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal. Pemilihan ibu pralansia sebagai sasaran didasari oleh status pralansia sebagai kelompok risiko penyakit degeneratif. Selain itu, ibu memiliki peran utama dalam gizi keluarga. Ketika ibu memiliki pengetahuan gizi yang baik, maka pemenuhan gizi dan pola makan di keluarga tersebut cenderung lebih baik dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang kurang. Kegiatan berupa sosialisasi edukasi gizi dengan metode ceramah/presentasi, pembagian leaflet serta sesi diskusi dan tanya jawab.

Sesi Diskusi dan Tanya Jawab. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Adanya program ini disambut antusias oleh pralansia dan lansia RT 08 RW 02 Selokaton. “Program ini memberikan kami informasi lebih detail mengenai makanan yang bisa kami konsumsi atau harus kami hindari ketika kami merasakan gejala dari penyakit seperti hipertensi ataupun asam urat,” papar ibu Puji, salah satu audience pralansia. Program edukasi ini dinilai dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit degeneratif seperti apa itu penyakit degeneratif, jenis, faktor risiko, komplikasi serta makanan yang dianjurkan dan dihindari bagi penderita penyakit degeneratif tertentu.

NURUL DEWI ANGGRAENI – FKM/Kesehatan Masyarakat

Dosen Pembimbing Lapangan : Dr. Ir. Cahya Setya Utama, S.Pt., M.Si., IPM.