Kasus DBD Meningkat! Mahasiswa KKN UNDIP lakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Banjarnegara (17/1/2022) Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti. Demam berdarah dengue dikatakan sangat berbahaya karena bisa menyebabkan penderita meninggal dunia. Sebelum dikatakan sembuh total, pasien DBD harus melawati tiga fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan atau penyembuhan. Kebanyakan pasien DBD yang meninggal dunia, biasanya dikarenakan tidak mampu melewati fase kritis. Untuk mencegah terjadinya penyakit DBD tidak hanya cukup melalui fogging karena nyamuk yang terbasmi hanya nyamuk dewasa sedangkan masih terdapat jentik-jentik calon nyamuk penyebab DBD. Sehingga penting dilakukan pembasmian sarang nyamuk agar jentik-jentik dan sarang nyamuk terbasmi.
Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk ke dalam sepuluh penyebab perawatan di rumah sakit dan kematian pada anak-anak di Indonesia. Data Kemenkes menunjukkan, kasus DBD hingga Oktober 2021 tercatat 37.646 kasus dengan 361 kematian. Data Puskesmas Purwanegara 1 tahun 2020, di Desa Gumiwang terdapat 6 kasus DBD dan tidak ada kasus kematian namun di tahun 2021 terjadi kasus kematian akibat penyakit DBD. Hal ini menunjukkan bahwa DBD merupakan penyakit serius yang harus ditangani segera dengan tepat.

Dengan adanya kasus kematian tersebut, sebagai tindakan pencegahan dan pemberantasan maka Mahasiswa KKN UNDIP melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dan pemantauan jentik sehingga dapat diketahui dimana lokasi yang paling banyak ditempati sebagai sarang nyamuk. Pelaksanaan PSN dilakukan bersama kader PSN RW 7 Desa Gumiwang menyusuri rumah warga. Kegiatan yang dilakukan yaitu memantau keberadaan jentik dan membasminya. Pemantauan dilakukan di halaman rumah warga dengan melihat sampah plastik yang menggenang air, kubangan air di kebun, air bekas cucian, tutup tempat sampah, dan barang bekas yang menggenang air hujan. Pemantauan jentik di air dengan melihat langsung dibantu cahaya senter untuk tempat yang sempit.

Dari hasil kegiatan PSN, mahasiswa KKN UNDIP menyimpulkan bahwa keberadaan jentik terbanyak adalah di halaman rumah warga, di dalam ban bekas yang menggenang air. Sehingga perlu penanganan terkait cara penyimpanan ban bekas, yaitu didalam ruangan atau ditutup oleh plastik agar air tidak masuk dan air diatas plastik mudah dibuang. Jika ban bekas sudah tidak digunkana dapat segera dibuang di tempat barang bekas atau dijual untuk bisa didaur ulang atau dimanfaatkan oleh pihak tersebut.
Masyarakat dan kader PSN RW 7 merasa terbantu dengan adanya mahasiswa KKN yang melakukan PSN sehingga masyarakat mengetahui lokasi yang menjadi sarang nyamuk dan mencegah adanya sarang nyamuk baru di tempat tersebut. Bu Muhimah menyampaikan “kami berterima kasih atas bantuan adik-adik mahasiswa sehingga kami mengetahui bahwa ban bekas menjadi tempat potensial sarang nyamuk”.
Penulis : Zahratun Ulil Mahmudah
Editor : Hendrik A. S.