Bukan Sehat Secara Fisik saja yang Diberi Hati, Begini Gapai Keseimbangan Kesehatan dari Segi Psikologis dengan Cek Kemampuan Bicara dan Bahasa Si Kecil melalui Deteksi Dini oleh Mahasiswa TIM II KKN Undip

Kelurahan Tambakharjo, Semarang (21/08/2022) & (28/08/2022). Masa bayi adalah masa yang menjadi dasar periode kehidupan sesungguhnya karena dalam masa tersebut sikap, pola perilaku, dan pola ekspresi mulai terbentuk. Keluarga, khususnya orang tua yang menjadi sosok utama dan terutama di masa awal kehidupan anak ini memiliki tanggung jawab yang besar dan penting, salah satunya menyangkut keterampilan anak dalam bersosialisasi dan menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan dunia luar. Hal ini diawali dengan berkembangnya kemampuan bicara dan bahasa anak sesuai dengan tingkatan usianya, seperti selalu bertanya, memperhatikan, dan membicarakan apapun yang mereka lihat, dengar, dan rasakan dari lingkungan secara spontan. Jika kemampuan bicara dan berbahasa pada anak tidak dilatih dan difasilitasi, dikhawatirkan dirinya akan mengalami keterlambatan bicara yang tidak sesuai dengan tugas perkembangannya atau disebut dengan speech delay.

Kartika (21), salah seorang mahasiswa KKN UNDIP TIM II 2021/2022 yang berasal dari Fakultas Psikologi 2019 kemudian hadir dalam upaya menyebarkan informasi dan pengetahuan yang diharapkan mampu dibarengi dengan adanya keterampilan kepada para calon orang tua dan yang sudah memiliki anak untuk semakin sadar dan peduli akan psikologis anak, salah satunya dari kemampuannya dalam mengekspresikan diri melalui berbicara dan berbahasa. Baik secara langsung maupun tidak, kemampuan ini akan mempengaruhi kelangsungan hidup anak terkait kegiatan bersosialisasi dan berkomunikasi di masa depan.

Whats-App-Image-2022-08-08-at-21-03-17

Gambar 1. Dokumentasi Program Sosialisasi Deteksi Dini Kemampuan Bicara & Bahasa Anak: Cegah Speech Delay

Psikoedukasi dan sosialisasi tentang “Deteksi Dini Perkembangan Kemampuan Bicara dan Bahasa: Cegah Speech Delay Pada Sang Buah Hati” dilaksanakan di Kelurahan Tambakharjo, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, tepatnya di RW 01 dan RW 07. Selain menyasar pada orang tua yang memiliki balita, kegiatan yang dilaksanakan secara door to door ini bersamaan dengan pendampingan ibu hamil oleh para kader posyandu dari kedua RW yang diadakan rutin setiap bulannya. Mahasiswa KKN sebelumnya sudah melakukan koordinasi dan pihak posyandu dari RW 01 dan RW 07 menyetujui jika pendampingan tersebut disertai dengan adanya sosialisasi sebagai langkah mempersiapkan diri dan mental selaku orang tua.

Program psikoedukasi dilengkapi dengan pemberian booklet kepada para ibu, yang berisi penjelasan dan informasi mengenai perkembangan kemampuan bicara dan bahasa pada anak, apa itu speech delay, faktor penyebab dan dampak, serta bagaimana cara sederhana untuk melatih kemampuan anak dalam berinteraksi dan menambah kosakata saat berbicara. Booklet juga dilengkapi dengan adanya checklist di halaman akhir sebagai deteksi dini yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengantisipasi terjadinya speech delay pada anak.

Whats-App-Image-2022-08-12-at-09-29-37

Gambar 2. Output Program Berupa Booklet tentang Deteksi Dini Speech Delay

Sosialisasi ini secara khusus menekankan pada cara pola asuh orang tua saat anak lahir dan besar nanti, sebab permasalahan speech delay biasanya terjadi akibat pola asuh yang salah, maka dari itu diperlukan arahan tentang deteksi sedini mungkin. Orang tua yang minim mengajak anak untuk berinteraksi dan berkomunikasi akan berpotensi menjadikan anak mengalami gangguan bicara dan berbahasa. Terlebih lagi apabila orang tua maupun anggota keluarga lainnya kerap kali memberikan anak gadget atau menonton televisi saat anak rewel dan menangis. Situasi ini adalah salah satu contoh bentuk pola asuh yang tidak baik mengingat informasi yang diperoleh anak dari media elektronik seperti ini hanyalah satu arah. Jika anak tidak didampingi dan diajak bercakap-cakap mengenai hal apa yang diperoleh dari informasi yang ditonton, maka dapat berimplikasi pada sulitnya anak menyampaikan pikiran dan perasaannya. Orang tua perlu mengatur strategi untuk melatih anak menjadi sosok yang adaptif, kritis, dan tangguh, sekaligus memaksimalkan waktu yang berkualitas bersama anak.

RW-1-IMG-2172

Gambar 3. Foto Bersama Kader Posyandu dan Salah Satu Ibu Hamil

Kegiatan psikoedukasi, berupa sosialisasi disambut dengan antusias dan mendapatkan postif oleh para sasaran program, seperti yang disampaikan oleh Bu Dinda,”Iya, Mba. Ternyata perlu untuk gak sekadar memperhatikan fisik anak ya, tapi juga kemampuannya berbicara. Saya kira dulu kondisi-kondisi seperti ini bukan jadi masalah besar,” sambil diiringi gelak tawa.

Kader posyandu, salah satunya Ibu Ketua RW 01 yang turut terlibat memberi dukungan karena dinilai menjadi upaya baik dalam langkah awal membesarkan anak menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga memiliki kemampuan sosial yang baik dan memadai.
“Terima kasih, Mba untuk sosialisasinya. Programnya bagus dan membantu sekali untuk anak-anak yang mau lahir nanti. Bisa juga ini dikembangkan dan diterapkan bagi para orang tua yang juga punya bayi”, ucap Bu Nafiq Ketua RW 01 dalam menyampaikan kesan ditengah berlangsungnya kegiatan.

Begitulah harapan yang dilukiskan dengan impian anak mampu menggapai kesehatan secara fisik dan non-fisik agar keseimbangan kehidupannya tercapai kelak sebagai manusia dewasa.

____

Penulis : Kartika Sandra Uly Simanjuntak – Fakultas Psikologi Undip
DPL : Rosa Amalia, S.Pi., M.Si.
Lokasi : Kel. Tambakharjo, Kec. Semarang Barat, Kota Semarang