Merawat Nilai Keislaman dan Keindonesiaan Di Desa Sukolilan
Setidak-tidaknya lebih dari 1 bulan lamanya kami (Tim KKN 2) menetap di sebuah desa yang 100% beragama islam penduduknya dan juga tak jauh dari hiruk pikuk jalan raya Pantura. Tidak jarang kami mendengar suara dan merasakan getaran akibat ulah dari kendaraan yang melintasi jalan raya yang tak asing namanya di telinga. Sebut saja Desa Sukolilan yang merupakan bagian dari Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah menjadi lokasi pilihan para pihak Universitas Diponegoro menempatkan kami untuk melakukan pengabdian sebagai wujud implementasi dari nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Berbagai kegiatan/rutinitas para penduduk Desa Sukolilan menjadi cerminan dan alasan mengapa bisa di bilang “Merawat Nilai Ke Islaman dan Ke Indonesaan” yang kemudian menjadi kultur hampir seuluruh penduduknya. Hampir setiap hari warga di Desa Sukolilan melakukan kegiatan yang biasa mereka sebut “RT-nan”, kegiatan tersebut dilakukan oleh masing-masing RT dengan hari yang berbeda (beserta warga di ruang lingkupnya) dengan cara kumpul-guyub bersama, diisi dengan Tahlilan disertai membaca surat-surat pendek Al-Qur’an dan do’a (tahlil) yang sebenernya tak asing kita dengar di acara-acara peringatan hari raya ke-islaman. Pun sangat menarik dalam pelaksanaannya, karena dilakukan secara terpisah antara RT-nan para ibu-ibu yang memilih pada siang hari (ba’da dzuhur) dan para bapak-bapak tentu dengan para pemudanya dilakukan pada malam hari (ba’da isya).
Tak hanya RT-nan yang menjadi rutinitas ibadah para warga Desa Sukolilan. Sangat terkejut dan terkesan bagi kami TIM KKN 2 ketika di undang dan turut hadir di acara “Tasyakuran lapangan bulu tangkis dan main bersama”. Tidak jauh beda rangkaian acaranya dengan RT-nan, hanya saja di barengi dengan bermain bulu tangkis bersama warga sebagai euforia dan rasa syukur mereka atas terwujudnya keinginan memiliki salah satu tempat baru untuk berolahraga dan kumpul guyub warga Desa Sukolilan. Tak hanya itu, Warga Desa Sukolilan memiliki kebiasaan dan moral yang tinggi untuk melakukan ibadah sholat berjama’ah di Masjid setiap waktunya. Jika dilihat dari latar belakang pendidikannya, hampir seluruh dari anak-anak usia dini berlatar belakang pendidikan Madrasah Diniyah ( Sekolah Agama) dibarengi dengan pendidikan formil di sekolah lainnya. Hal tersebut sangat erat kaitannya mengapa Warga Desa Sukolilan berpegang teguh pada nilai-nilai Isalm dan Indonesia mengesampingkan identitas yang lahir karena perbedaan.