Ubah Barang Bekas Jadi Perangkap Lalat Sederhana, Hanya Butuh 15 Menit!
Sampangan, Kota Semarang (01/08) – Salah satu faktor rendahnya produksi hasil panen tanaman hortikultura maupun tabulampot disebabkan oleh serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Organisme pengganggu tanaman ini bisa berupa gulma, patogen (bakteri, jamur, virus), maupun hama yang dapat menurunkan kualitas serta kuantitas komoditas hasil panen. Khususnya hama dari famili Tephritidae, yakni lalat buah (Bactrocera sp.). Selain dikenal kehadirannya yang mengganggu, lalat buah juga menimbulkan kerugian produksi panen buah dan sayur mencapai 100%. Terlebih lagi saat ini memasuki musim hujan yang mana serangan dari lalat buah dapat meningkat pada curah hujan tinggi, yang berdampak pada pertumbuhan populasi yang tinggi pula, terutama pada daerah yang memiliki iklim sejuk, kelembaban relatif tinggi, dan kondisi angin yang tidak terlalu kencang.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Nailarisqia Zalsabila (21), seorang mahasiswi Universitas Diponegoro Semarang, menciptakan sekaligus mendaur ulang perangkap lalat buah sederhana dari toples plastik bekas. Naila juga menerangkan tentang bahaya lalat buah apabila sudah menginfeksi buah dan sayur kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Puspitasari yang terletak di RW 03 Kelurahan Sampangan. Kegiatan penyuluhan tersebut berlangsung pada tanggal 20 Juli 2022 dibawah bimbingan Bapak Ari Wibawa Budi Santosa, S.T., M.T.
Para pengurus Kelompok Wanita Tani Puspitasari belum menyadari sepenuhnya tentang bahaya lalat buah bagi komoditas buah dan sayuran serta penyebab maupun dampaknya. Dampak yang paling utama akan menyebabkan komoditas buah dan sayur menjadi busuk hingga berbelatung. Penyebab utamanya karena Bactrocera sp. betina akan menancapkan ovipositor ke dalam buah sehingga larvanya akan tertinggal dan berkembang di dalam buah. Lubang tempat lalat buah betina menancapkan tadi, akan rentan terserang patogen. Maka dari itu, dilakukanlah pengendalian populasi menggunakan metode annihilasi jantan atau menekan populasi lalat buah jantan sehingga probabilitas terjadinya perkawinan pada lalat buah akan menurun. Metode tersebut direalisasikan menggunakan Metil Eugenol yang akan memikat Bactrocera sp. jantan masuk ke dalam perangkap. Tak perlu memikirkan berapa banyak bahan yang dibutuhkan, cukup dengan 5 bahan (minyak goreng, kapas, toples plastik bekas, Petrogenol, kawat) perangkap lalat buah sederhana siap digunakan.
Sejak awal pemaparan materi, dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan perangkap lalat buah, dan diakhiri dengan sesi diskusi, para pengurus KWT Puspitasari terlihat sangat antusias dan responsif. Hal ini memberikan peluang untuk keberlanjutan program Perangkap Lalat Buah Sederhana, supaya tidak berhenti sampai saat itu juga, namun akan tetap berlanjut sampai beberapa generasi pengurus KWT Puspitasari selanjutnya. Selaras dengan apa yang menjadi harapan pada alat Perangkap Lalat Buah Sederhana, yakni akan mengurangi jumlah lalat di kebun KWT Puspitasari, meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditas panen di KWT Puspitasari, serta meningkatkan produktivitas kebun.
Penulis:
Nailarisqia Zalsabila
Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro
TIM II KKN Universitas Diponegoro 2021/2022
Dosen Pembimbing Lapangan: Ari Wibawa Budi Santosa, S.T., M.T.