Tak Pernah Tinggalkan Tradisi, Dusun Indrokilo Rutin Mengadakan Wayangan sebagai Bagian Acara Sedekah Desa
Indrokilo (6/8/2022) – Wayang kulit adalah salah satu kebudayaan kesenian yang ada di Indonesia dan merupakan kesenian asli dari tanah Jawa. Pagelaran wayang kulit dahulunya merupakan sarana pembantu dalam upaya penyebaran agama islam yang berisi tentang dakwah oleh sunan Kalijaga. Sampai sekarang ini wayang kulit masih ada, namun seiring dengan berjalannya zaman di kalangan masyarakat perkotaan, kebudayaan ini sudah mulai luntur karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan salah satu kebudayaan yang asli dari tanah jawa ini. Namun beda halnya dengan masyarakat setempat di dusun Indrokilo yang masih memegang erat kebudayaan-kebudaayan dari para leluhur. Pertunjukan Pagelaran wayang kulit yang ada di dusun Indrokilo menjadi kegiatan rutin setiap satu tahun sekali yang merupakan bentuk rasa syukur dari masyarakat Indrokilo yang disebut dengan Kadesa atau Sedekah Desa.
Pada 7 Agustus 2022 Minggu Kliwon hingga 8 Agustus Senin Legi dilaksanakan kegiatan sedekah desa yang menampilkan pertunjukan wayang kulit. Pagelaran wayang kulit di Indrokilo didalangi oleh Ki Jendol Kahono yang berasal dari temanggung, diiringi dengan gamelan jawa dan penyanyi atau sering disebut sinden. Pagelaran wayang kulit yang dibawakan oleh Ki Jendol berjudul “Tejomoyo Ngunduh wahyu” yang berarti “tejo adalah cahaya” dan “moyo adalah hidup” sehingga tejomoyo berarti cahaya kehidupan. Gambaran cerita yang dibawakan oleh Ki Jendol Kahono melalui wayang kulit berkisah tentang Wahyu Tejomoyo diinginkan oleh raja dari Negara Astina yaitu Prabu Duryudono, yang memiliki sifat angkara murka. Lewat mimpinya, Prabu duryudono jika mendapatkan wahyu tejomoyo akan memperoleh kekuatan, sehingga Prabu Duryudono mengutus pasukannya yaitu kurawa untuk memboyong semar ke negara astina. Disaat yang bersamaan datang Ontoseno yang merupakan anak dari salah satu pandawa yaitu Werkudoro. Tujuan Ontoseno datang ke negara astina untuk menanyakan kepada pendeta Durno dimanakah semar, karena semar sudah lama pergi dari negara amarta. Namun Ontoseno tidak memperoleh jawaban dimanakah lokasi semar berada. Ternyata semar sedang berada di kahyangan dan bertemu sang hyang tunggal atau bathara tunggal. Bathara tunggal menitipkan wahyu tejomoyo kepada semar untuk diberikan kepada pemimpin negara amarta yaitu para pandawa. Setelah memperoleh wahyu kemudian semar pulang ke Negara Amarta dan memberikan Wahyu tejomoyo kepada para Pandawa. Tujuan diberikannya wahyu tejomoyo kepada pandawa yaitu agar pandawa dapat mengayomi masyarakat di negara amarta agar mampu membawa pada masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, damai dan tentram.
Gambar 1. Penyerahan Wayang Kulit dari Kepala Dusun ke Ki Jendol selaku Dalang
Pagelaran wayang kulit beranglangsung mulai pukul 19.00 malam hingga 04.00 pagi, acara dibuka dengan doa bersama, sambutan Kepala Desa, Ketua Panitia dan DPRD wilayah Lerep. Para masyarakat sangat antusias dalam menikmati cerita wayang yang dipentaskan, bahkan masyarakat membuka tikar dijalan agar bisa duduk dan menonton wayang. Meskipun acara berlangsung hingga pukul 04.00 pagi para masyarakat yang menonton mengikuti hingga akhir
Gambar 2. Pertunjukan Wayang Kulit dengan Judul Cerita “Tejomoyo Ngunduh Wahyu”
Penulis : Muhammad Khaerudiin. H – 23010119140294 – Peternakan – Fakultas Peternakan dan Pertanian.
Lokasi : Dusun Indrokilo RT 02 RW 01, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Dosen Pembimbing : Ir. Sutrisno. M. P