#Jangan Dibuang Sembarangan! Mahasiswa UNDIP Berikan Edukasi Tentang Sampah Botol yang Bisa Menjadi Tempat Sampah Sederhana
Patemon, Semarang (5/8) – Selaras dengan poin ke-13 dalam Sustainable Development Goals (SDGs) mengenai penanganan perubahan iklim, sampah menjadi salah satu hal diantaranya (terutama sampah plastik). Dilansir dari VOA bahwa total sampah yang masuk ke laut pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 521.540 ton, di mana sekitar 12.785 ton berasal dari aktivitas di laut. Pada kenyataannya, kita masih belum bisa optimal dalam mengelola sampah yang masih jadi isu besar di Indonesia dan menjadi hal yang perlu disampaikan terus-menerus supaya timbulnya kesadaran untuk menciptakan perubahan dalam menjaga alam dan lingkungan di sekitar kita.
Mahasiswa peserta KKN Tim II Undip Tahun 2022, Stephen Satria Abimanyu, memberikan edukasi mengenai botol plastik menjadi tempat sampah anorganik sederhana dengan menyerahkan langsung produk kepada Ketua RW 06, Kelurahan Patemon. Kegiatan ini mulai dilakukan pada hari Jumat (5/8) dengan mendatangi kediaman Bapak Purwanto selaku Ketua RW 06, Kelurahan Patemon kemudian dilakukannya penyerahan produk yaitu tempat sampah anorganik sederhana beserta pemaparan mengenai tujuan terciptanya.
Penjelasan yang dilakukan mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya terlebih terhadap sampah plastik yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai, kemudian, dilanjutkan dengan pemaparan tentang tujuan dari pembuatan tempat sampah anorganik dari botol bekas sebagai wadah untuk menampung semua sampah anorganik rumahan (plastik, botol bekas, dsb.) agar bisa dimasukkan dan dipadatkan menjadi ecobrick agar lebih mudah dalam memilah sampah anorganik dari sampah organik untuk yang berbau.
Kegiatan ini ditujukkan untuk mengingatkan bahwa setiap sampah plastik yang terapung dilautan nantinya akan terurai menjadi plastik-plastik kecil tak kasat mata. Seperti yang dilansir dari Greeneration Foundation, Mikroplastik bisa mencapai ukuran kurang dari 4,8 milimeter dan mengandung bahan kimia seperti PCB yang terakumulasi pada bagian plastik.
Dengan ukuran yang sangat kecil ini, mikroplastik dapat dengan mudah tertelan oleh hewan laut baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan, disebutkan bahwa perilaku dari hewan laut lebih menyukai mikroplastik dibandingkan dengan plankton karena memiliki ukuran yang mirip dengan plankton dengan jumlah yang lebih banyak tersebar di lautan lepas. Dari adanya siklus berantai ini, hewan laut dan juga manusia juga bisa menerima kerugian yang memiliki dampak berkepanjangan.
Dari kegiatan yang sudah terlaksana diharapkan menjadi lebih sadar akan lingkungan sekitar karena hal-hal besar selalu dimulai dari hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempat dan jenisnya. Untuk sisi positif lainnya, bisa menumbuhkan kegiatan yang positif dari mengolah botol plastik bekas ini menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat lagi dan juga bisa mengembangkan kreativitas dari mengolah sesuatu dari pemadatan sampah menjadi ecobrick dengan menghasilkan karya-karya yang memiliki harga jual tinggi dan bermanfaat.
Penulis: Stephen Satria Abimanyu, Mahasiswa D4 Teknik Infrastruktur Sipil dan Perancangan Arsitektur, Peserta KKN TIM II Universitas Diponegoro 2022.
Dosen Pembimbing Lapangan: Ir. Hermin Werdiningsih, MT.