Leptospirosis? Apa Tuh?
Ngemplak Simongan, Semarang Barat (23/7/22) – Leptospirosis merupakan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia yang disebabkan karena infeksi bakteri berbentuk spiral yaitu Leptospira. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah jika tidak dilakukan pencegahan sedini mungkin. Beberapa wilayah Indonesia merupakan daerah endemis untuk Leptospirosis dan sampai saat ini masih menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat karena berkaitan dengan keberadaan faktor risiko yaitu tingginya populasi tikus sebagai sumber utama Leptospirosis, buruknya sanitasi lingkungan serta semakin meluasnya daerah banjir di Indonesia, hingga saat ini Leptospirosis masih terus menyebar di Indonesia dan menyebabkan kematian.
Leptospirosis di Indonesia terutama disebarkan oleh tikus baik itu tikus rumah, tikus sawah, tikus got itu melepaskan bakteri melalui urin ke lingkungan. Selain tikus, beberapa hewan lain yang juga dapat menyebarkan bakteri Leptospira seperti kambing, kucing, anjing, sapi, dan babi. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang ada di kulit, membran mukosa (hidung, mulut, dan mata), atau bahkan melalui air minum. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, bakteri ini berada di dalam darah dan menyerang jaringan dan organ tubuh. Manusia dapat terinfeksi Leptospirosis karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi Leptospirosis.
Beberapa RW di Kelurahan Ngemplak Simongan seperti RW 4 dan RW 5 sering terjadi banjir di lingkungannya, dimana banjir merupakan faktor risiko penyakit leptospirosis dan media penularan bakteri secara tidak langsung. Untuk mencegah dan menanggulangi munculnya penyakit Leptospirosis, Della Chandra Audina, mahasiswa KKN Tim II UNDIP melaksanakan kegiatan sosialisasi leptospirosis secara door to door dengan warga RW 4, Kelurahan Ngemplak Simongan. Harapannya setelah sosialisasi ini, masyarakat dapat menerapkan langkah pencegahan leptospirosis dalam kehidupan sehari-harinya seperti menyimpan makanan di tempat yang aman dari tikus, selalu menggunakan sandal ketika keluar rumah, menggunakan sarung tangan dan sepatu boot ketika kerja bakti, dan lain-lain.
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Juli 2022 dan diikuti oleh 20 warga RW 4 yang dikunjungi rumahnya. Warga tadinya sama sekali tidak mengetahui penyakit leptospirosis ini dan menjadi sangat tertarik dengan materi yang disampaikan sehingga aktif bertanya kepada mahasiswa mengenai penyakit tersebut. Della juga membagikan modul dan leaflet kepada warga untuk mempermudah penyampaian materi.
Saat sosialisasi, Della menyampaikan kebiasaan masyarakat yang berisiko tinggi tertular penyakit Leptospirosis seperti kebiasaan beraktivitas di tempat berair dengan kondisi ada luka di badan, kebiasaan tidak merawat lika dengan baik, kebiasaan tidak memakai alas kaki, perilaku hidup bersih yang kurang baik seperti adanya sampah di dalam rumah, serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit leptospirosis. Selain itu, juga dijelaskan penyebab, faktor risiko, gejala, cara penularan, kebiasaan yang berisiko, dan cara mencegah leptospirosis pada warga RW 4.