MENGESANKAN!!! MAHASISWA TIM II KKN UNDIP MENCIPTAKAN TEMUAN PENGOLAHAN LIMBAH DAPUR ORGANIK MENGGUNAKAN MAGGOT BSF!!!
GAMBAR 1. LARVA MAGGOT BSF
Gedanganak (20/07/2022) – Permasalahan lingkungan bukan semata tentang “sampah yang sulit terurai” seperti styrofoam dan plastik. Timbunan aneka sampah organik yang bisa terurai pun juga merupakan sebuah ancaman besar jika dibiarkan begitu saja. Penting juga untuk kita pahami sejak awal, tentang apa sebenarnya sampah organik itu. Sebelum kita memahami lebih jauh tentang aneka bahaya yang bisa ditimbulkan olehnya. Sampah organik adalah aneka sampah yang bisa diuraikan secara alami oleh lingkungan karena berasal dari sisa-sisa makhluk hidup. Ironisnya, sampah organik sering diabaikan dan dianggap aman karena bisa terurai. Memang benar bahwa sampah organik mampu terurai secara alami, tapi sampah organik juga memiliki potensi untuk merusak lingkungan. Bagaimana bisa? Sampah organik menciptakan gas Metana yang berbahaya bagi tubuh, sebagai sarang berbagai macam penyakit.
Gambar 2. Pembuatan Media Penetasan Maggot BSF Oleh Mahasiswa UNDIP.
Maggot atau belatung merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly (Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera) atau BSF. Meskipun keluarga lalat, namun ukuran BSF yang dikenal sebagai lalat tentara ini, lebih panjang dan besar. Meskipun dari keluarga lalat, namun BSF tidak menularkan bakteri, penyakit, bahkan kuman kepada manusia. Seperti halnya belatung, maggot berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. Maggot mengonsumsi sayuran dan buah. Tak hanya buah dan sayuran segar, maggot pun mengonsumsi sampah sayuran dan buah. Karenanya manggot sangat cocok digunakan dalam pengelolaan sampah organik. Sebanyak 10.000 maggot dapat menghabiskan 1 kg sampah organik dalam waktu 24 jam.
gambar 3. Larva Maggot Pengolah Sampah Organik.
Maggot sangat cepat berkembangbiak. Selain bermanfaat untuk mereduksi sampah organik, maggot pun mempunyai nilai ekonomis, yaitu bisa menjadi sumber pakan ternak dan menjadi pupuk. Maggot mengandung protein tinggi dan kandungan gizi yang baik untuk pakan ikan dan unggas. Maggot memiliki kadar protein sekitar 43% jika dalam keadaan utuh, sedangkan jika dijadikan pelet kadar proteinnya antara 30% sampai 40%. Dibandingkan cacing, maggot lebih menguntungkan sebagai pakan ternak karena lebih cepat berkembangbiak dan cepat bisa dipanen. Dari menetas sampai bisa digunakan menjadikan panak ternak, waktinya hanya sekitar 17 hari. Sementara itu, sampah organik yang tidak termakan oleh maggot, tetap bisa dimanfaatkan sebagai sumber kompos atau pupuk organik. Meskipun dari limbah sampah organik, namun pupuk yang dihasilkan tidak berbau. Oleh karena itu kami memilih menggunakan media maggot sebagai sarana pengolahan limbah dapur organik di RW 09 Gedanganak menggunakan maggot BSF karena selain bermanfaat mengurai sampah hasil akhir dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas maupun ikan yang kaya protein.
Penulis : Husain Sastra Negara – 23010119140172 – Peternakan – Fakultas Peternakan dan pertanian
Lokasi : Balai RW 09, Kelurahan Gedanganak, Kecamatan Ungaran Timur
Dosen Pembimbing Lapangan : Ir. Sutrisno, MP