Adat dan Kebiasaan Masyarakat Dusun Indrokilo sebelum Pelaksanaan Sedekah Dusun atau Nanggap Wayang
Indrokilo (7/8/2022) – Pada awal minggu ke 5 mahasiwa TIM II KKN UNDIP yang terdiri dari Salwa Zubaidah Az-Zahra (21), Dian Anggraeni (21), Muhammad Khaerudin (23), Adenia Nur Azzahra (21), Cornelia Lydia Almira (21), dan Miftakhul Jannah Tulloh (21) mengikuti rangkaian kegiatan warga sebelum dilakukan sedekah dusun berupa “Wayangan”. Sedekah dusun merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat terutama masyarakat jawa yang biasanya kegiatan ini berupa ritual, upacara adat dan nanggap wayang. Sedekah dusun ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rezeki yang dilimpahkan berupa hasil bumi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dusun. Di Dusun Indrokilo sendiri kegiatan wayangan dilakukan setiap tahun untuk menghormati adat yang telah dibawa oleh para leluhur, sebagai wujud syukur atas segala sumber daya yang terdapat di Dusun Indrokilo, serta sebagai tolak balak agar masyarakat terhindar dari pengaruh buruk dan musibah. Kegiatan wayangan sendiri diawali dengan beberapa rangkaian kegiatan mulai dari bersih kubur, bersih lingkungan, liwetan, slametan, masak-masak dan pembuatan sajen sebelum wayang dimulai. Rangkaian kegiatan ini sudah menjadi adat dan kebiasaan bagi masyarakat.
Kegiatan bersih kubur diawali dengan doa bersama untuk mendoakan para leluhur yang telah wafat dan dilanjutkan dengan liwetan agar kegiatan bersih kubur dapat berjalan dengan lancar. Kemudian pada minggu berikutnya tepatnya pada hari Selasa (2/8/2022) dilakukan kegiatan bersih lingkungan Dusun Indrokilo yang dilakukan dengan menyapu dan memangkas rumput di sepanjang jalan Dusun Indrokilo agar jalan bersih dan pengguna jalan lebih nyaman. Kemudian setelah proses bersih lingkungan selesai, kegiatan dilanjutkan dengan liwetan agar seluruh masyarakat yang terlibat dalam bersih lingkungan selalu diberi keselamatan dan terhindar dari musibah dan hal – hal buruk. Pada 1 hari sebelum wayangan tepatnya pada hari Sabtu (6/8/2022), ibu-ibu di Dusun Indrokilo sibuk menyiapkan konsumsi untuk acara wayangan dan slametan. Masak-masak diawali dengan berbelanja di pasar tradisional untuk mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan dan bapak – bapak mengumpulkan hasil bumi seperti daun pepaya, daun pisang, dan beberpa kebutuhan lainnya seperti bambu untuk pembuatan sesaji.
Kegiatan menyapu Jalan Sebelum Pelaksanaan Wayangan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Kegiatan liwetan setelah Pelaksanaan Bersih Jalan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Kemudian pada hari Minggu (7/8/2022) kegiatan masak – masak dilanjutkan dengan memotong sayuran dan mengupas bahan atau bumbu yang akan diolah, membuat bumbu masakan dan dilanjutkan dengan memasak menu makanan untuk konsumsi tamu dan kru wayang serta untuk slametan pada sore dan malam hari. Sebagian makanan dibungkus untuk pembuatan sesaji. Pembuatan sesaji diawali dengan memotong bambu menjadi lebih tipis agar lebih mudah untuk dibentuk menjadi anyaman. Anyaman bambu dibuat berbentuk persegi dengan ukuran 15 x 15 cm yang dibuat sebanyak 5 buah. Sesaji berisi nasi, kerupuk, pisang dan ikan nasin serta beberpa makanan lainnya. Pembuatan sesaji ini merupakan bentuk adat karena masyarakat percaya bahwa dalam kehidupan ini kita hidup berdampingan dengan mahluk yang tidak kasat mata. Pembuatan sesaji ini dilakukan oleh masyarakat sebelum pertunjukan wayang kulit dimulai. Kemudian pada siang harinya bapak – bapak di Dusun Indrokilo melakukan slametan sebelum menaikkan seperangkat gamelan dan wayang ke atas panggung. Slametan ini bertujuan agar dalam proses pengangkatan gamelan seluruh masyarakat diberi kemudahan dan menjauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sesaji untuk pelaksanaan wayang kulit (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Kegiatan Slametan Sebelum Pengangkatan Gamelan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Slametan ini dilakukan di panggung pertunjukan wayang kulit oleh bapak – bapak di Dusun Indrokilo dan dilanjutkan dengan kegiatan kerja bakti untuk menaikkan seperangkat gamelan ke atas panggung. Pada malam harinya sebelum pertunjukan wayang dimulai tepatnya pada hari Minggu pukul 18.30 atau bakda Maghrib bapak – bapak di Dusun Indrokilo melakukan slametan sebelum pertunjukan wayang dimulai. Pada slametan ini terdapat beberapa menu khusus sedekah dusun seperti tape ketan yang dibungkus dengan daun kemiri, opak gadung, dan bubur suro. Bubur suro merupakan makanan berbahan dasar ketan yang menjadi rebutan oleh masyarakat karena masyarakat yakin bahwa memakan bubur suro ini dapat melancarkan jodoh bagi pemuda yang belum memiliki pasangan. Beberapa rangkaian kegiatan sebelum wayangan tersebut sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Dusun Indrokilo yang tidak boleh lepas ataupun terlewat karena sudah menjadi adat dan kebiasaan bagi masyarakat. Melalui serangkaian kegiatan ini berarti masyarakat telah menghormati dan melaksanakan adat dan kebiasaan yang telah dibawa oleh leluhur Dusun Indrokilo.
Slametan sebelum Pelaksanaan Pertunjukan Wayang Kulit
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Menu Bubur Suro yang menjadi Rebutan Warga
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Penulis : Salwa Zubaidah Az-Zahra
Lokasi : Dusun Indrokilo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang
Dosen Pembimbing Lapangan : Ir. Sutrisno, MP.