Ayo Cegah Stunting, Demi Masa Depan Anak Lebih Baik!

Picture1

Prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 24,4%, dan masih di atas standar yang diterima WHO sebesar 20%. Hal ini dikarenakan remaja putri pranikah memiliki angka anemia dan malnutrisi yang lebih tinggi dan melahirkan anak yang kurang berkembang selama kehamilan atau stunting. Stunting merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan.

Dengan adanya permasalahan ini, kami, tim mahasiswa KKN II Undip di Kelurahan Mlatibaru melakukan program kerja berupa Screening, Edukasi Kepada Orang Tua Mengenai
Pencegahan Stunting dan Pembagian Zinc Kepada Balita Stunting di Wilayah Kelurahan Mlatibaru. Adapun tujuan dari program ini ialah untuk mewujudkan Sustainable Development Goals point ketiga yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua usia dan menambah kegiatan pemahaman bagi orang tua yang memiliki balita stunting di wilayah Kelurahan Mlatibaru. Selain itu, melalui program ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menurunkan angka stunting di Indonesia.

Whats-App-Image-2022-08-03-at-3-06-47-PM

Stunting merupakan suatu keadaan gangguan pertumbuhan pada anak dimana tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Hal disebabkan seorang anak tidak mendapatkan asupan bergizi dalam jumlah yang tepat dalam waktu yang lama (kronik). Bagi orang tua yang memiliki balita Stunting ini harus menjadi perhatian khusus sebab, pertama anak tidak mendapat berbagai gizi penting untuk pertumbuhan. Kedua, Sistem Kekebalan Tubuh menurun. Ketiga, Pertumbuhan Otak jadi Tidak Optimal. Keempat, Stunting berkontribusi untuk 15-17% dari seluruh kematian anak di dunia. Kelima, Berpotensi menghambat prestasi di sekolah yang mampu mengakibatkan kurangnya produktivitas saat dewasa. Keenam, Kurangnya Produktivitas Saat Dewasa Berpotensi untuk Terus Berada Dalam Garis Kemiskinan. Terakhir, Pada Akhirnya Dapat Berpengaruh Buruk Pada Pertumbuhan Ekonomi Keluarga dan Bangsa. Banyak sekali dampak negatif yang akan didapat sang buah hati ketika stunting tidak menjadi perhatian serius berikut ini 3 hal penting dalam pencegah stunting :

1. Perbaikan Terhadap Pola Makan
Dengan penerapan gizi seimbang sejak dini, maka akan sangat berpengaruh. Hal yang perlu dibiasakan yaitu sarapan Pagi, mengonsumsi lauk-pauk berprotein tinggi, minum air putih yang cukup, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan BB ideal membaca label pada kemasan pangan perbanyak konsumsi buah dan sayur batasi konsumsi panganan manis, asin, dan berlemak.

2. Perbaikan Terhadap Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktik pemberian makan bagi bayi dan balita. Adapun hal-hal yang bisa dilakukan dalam memperbaiki pola asuh untuk mencegah stunting, diantaranya Memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga agar para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan. Selanjutnya Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, lalu dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun selingi dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Kemudian Pantau tumbuh kembang dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan dan yang terakhir Berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah.

3. Perbaikan Sanitasi & Air Bersih
Cukup dengan biasakan hal-hal kecil seperti cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, Tidak buang air besar sembarangan, Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, Pengelolaan sampah rumah tangga dan Pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Picture3

TIM KKN II UNDIP KELURAHAN MLATIBARU
DPL: Apip, S.E., M.Si