Mengkeren! Mahasiswi Undip Berikan Edukasi di posyandu Tentang Pentingnya Makanan Berasal dari Protein Hewani Sebagai Pencegahan Stunting
11 Agustus 2022- Stunting atau kerdil adalah keadaan dimana anak balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, angka stunting di Indonesia adalah 30,8%, yang berarti 1 dari 3 anak balita di Indonesia menderita stunting. Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting turun menjadi 14% pada tahun 2024. Target ini akan semakin sulit dicapai mengingat sumber daya kesehatan saat ini sedang difokuskan untuk penanganan pandemi Covid-19. Stunting memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan anak dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan adanya pandemi Covid-19, maka dapat dikatakan akan menyebabkan lebih banyak sumber daya kesehatan yang dikerahkan untuk menangani penyakit ini. Hal itu pula yang dapat menyebabkan agenda kesehatan lain kurang mendapat perhatian. Salah satunya adalah agenda kesehatan yang menjadi target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yakni penanggulangan stunting. Oleh karena itu tindakan pencegahan dan penanggulangan stunting tetap harus diperhatikan dalam era pandemi ini. Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memberikan konsumsi makanan yang mengandung protein, karena selain untuk pertumbuhan juga penting untuk daya tahan tubuh sehingga anak tidak mudah sakit. Tubuh membutuhkan sebanyak 20 jenis asam amino. Sembilan di antaranya adalah asam amino esensial (AAE) dan sisanya adalah asam amino non esensial. AAE harus didapatkan dari makanan, sedangkan asam amino non-esensial bisa diproduksi sendiri oleh tubuh kita. Asam amino esensial banyak ditemukan di protein hewani. Di Indonesia, pada saat ini diperkirakan terdapat dua juta anak balita menderita gizi buruk dan lima juta anak balita menderita stunting. Keadaan ini dapat diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19. Jika tidak ada tindakan cepat yang dilakukan, UNICEF memperkirakan kekurangan gizi pada balita secara global akan naik sebanyak 15% karena Covid-19.
Daging merupakan sumber protein hewani yang memiliki nilai hayati (biological value) yang tinggi, mengandung asam amino esensial lengkap yang sangat dibutuhkan namun tidak dapat disintesis dalam tubuh manusia, mengandung vitamin dan zat besi yang mudah diserap, memiliki nilai cerna protein yang tinggi, merupakan sumber energy karena kandungan lemaknya yang tinggi. Susu merupakan sumber protein penting dalam menunjang dan memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Susu mengandung asam amino esensial lengkap, disamping lemak dan protein yang bervariasi sehingga dapat mengatasi kekurangan gizi di masyarakat. Telur merupakan produk hewani sumber protein yang memberikan sumbangan terbesar dalam pencampaian pemenuhan gizi sumber protein. Hal in disebabkan karena selain kandungan gizinya yang sempurna juga mudah didapatkan serta harganya yang relatif murah sehingga mudah dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Mawar yang ada di RW III Kelurahan Bubakan bersama kader-kader Posyandu, Ibu-ibu PKK, mahasiswa KKN Undip (Pupus Galau Prahara – Jurusan Peternakan). Kegiatan berjalan lancar, antusiasme ibu-ibu dalam bertanya pemilihan makanan protein hewani yang baik dan benar, serta membuka pikiran ibu-ibu bahwa pemberian protein hewani menjadi hal terpenting dalam proses pertumbuhan anak-anak. Terhitung ada 50 ibu dan balita yang hadir. Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh ahli gizi dari puskesmas setempat.
Penulis : Pupus Galau Prahara, S1-Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro
DPL : Prof.Dr. Meiny Suzery, MS.
Lokasi : RW III Kelurahan Bubakan, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah