Menilik Sesar Aktif Menjadi Momok Menakutkan di Kelurahan Mangunsari

Seperti yang telah diketahui, Indonesia secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudera. Posisi geografis tersebut menjadikan Indonesia dilewati oleh 3 jalur Lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah Utara dan menyusup ke dalam Lempeng Eurasia, sementara Lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah Barat. Pergerakan lempeng benua dan lempeng samudera terkadang saling mengunci sehingga menyebabkan pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang disebut sebagai gempa bumi.

Gempa bumi biasanya terjadi di jalur sesar atau patahan. Sesar atau patahan secara geologi adalah Sesar sebagai bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak pergeseran tersebut dapat hanya beberapa millimeter hingga puluhan kilometer, sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan kilometer.

Seperti yang kita ketahui bahwa kota semarang memiliki suatu jalur sesar aktif yang melintasi hingga ke selatan pulau jawa yakni sesar kaligarang, yang merupakan sesar mayor yang bergerak 4 -5 mm per tahun. Hal ini menjadikan suatu ancaman bagi kota semarang khususnya daerah yang berada di selatan, dikarenakan banyak sekali indikasi indikasi lintasan jalur sesar dan tak sedikit juga jalur jalur tersebut saling berpotongan satu sama lain yang menyebabkan pada daerah tersebut sering dinamakan zona lemah dan rawan terjadinya suatu pergerakan tanah ataupun jika sesar itu bergerak bisa menimbulkan bahaya dan kerusakan yang tinggi pada daerah tersebut

Dianalisis menggunakan Peta Lembar Geologi Semarang – Magelang dan juga melakukan suatu observasi di lapangan didapatkan banyak indikasi – indikasi sesar, Sesar Naik, Sesar Turun dan sesar Geser, benar saja didapatkan sesar salah satu contohnya di daerah Pakintelan terdapat sesar naik pada daerah tersebut hal ini yang menjadikan suatu daerah di Kecamatan Gunungpati antara daerah utara dan selatan memiliki topografi lembah yang mana hasil dari pergerakan lempeng tersebut.

Di Kelurahan Mangunsari dahulu terdapat Situs Gunung Turun yang sekarang sudah dipapras habis untuk pembangunan Waduk Jatibarang, dahulu Gunung Turun terbentuk karena kejadian geologi yaitu Ekstrusif dimana magma menerobos ke luar permukaan dan tersingkap di permukaan, hal ini menjadikan momok yang menakutkan bagi masyarakat sekitar dikarenakan takut jika gunung yang dipapras habis nanti bisa merusak lingkungan dan dahulu masyarakat beranggapan bahwa terdapat sesar di daerah tersebut dan nanti akan membahayakan jika dipapras.

Setelah berdiskusi dengan salah satu BPBD Provinsi mengakatan bahwa setelah Gunung Turun dipapras habis menimbulkan masalah yaitu kehilanganya air bersih bagi masyarakat sekitar dan setelah dilakukan observasi lapangan benar saja masyarakat sekitar banyak menggunakan PDAM dan ada pusat sumur bor air artesis yang menghubungkan kerumah masyarakat.

Diharapkan bagi masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan khususnya daerah Gunungpati dan juga Kelurahan Mangunsari bahwa dikelilingi dan dilintasi oleh banyak indikasi- indikasi sesar yang kita tidak tahu kapan dan tidak bisa diprediksi jika nantinya sesar itu bergerak.

#DPL_Retnoningsih_2022